Pakistan: Gagal Capai Kesepakatan Damai di Afghanistan, Picu Anarki Paska Penarikan Pasukan AS

Agregasi VOA, Jurnalis
Kamis 03 Juni 2021 14:46 WIB
PM Pakistan Imran Khan (Foto: Reuters)
Share :

PAKISTAN - Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pada Rabu (2/6) memperingatkan jika pihak-pihak yang berperang di Afghanistan gagal mencapai kesepakatan perdamaian, "anarki" akan pecah di negara tetangganya yang dilanda gejolak itu setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutu. Situasi itu akan mengancam stabilitas regional.

Khan menyampaikan peringatan itu sehari setelah Washington mengatakan hampir separuh dari pasukan dan peralatan AS telah ditarik kembali ke AS atau dihancurkan sejak penarikan secara resmi dimulai pada 1 Mei lalu.

Penarikan itu adalah hasil dari kesepakatan Februari 2020 yang dirundingkan AS dengan Taliban di Afghanistan, yang melancarkan pemberontakan mematikan terhadap pemerintah Kabul yang didukung internasional.

“Sangat penting bagi Afghanistan untuk memiliki penyelesaian politik dan stabilitas ketika Amerika pergi dan pemerintahan yang dibentuk dengan konsensus bisa mencegah negara terjerumus ke dalam anarki,” terangnya.

Pemimpin Pakistan itu berbicara pada konferensi pers di Islamabad bersama tamunya, Presiden Emomali Rahmon dari Tajikistan yang juga berbatasan dengan Afghanistan. Ia menekankan perlunya negara-negara regional bersama-sama mendorong rekonsiliasi politik di Afghanistan. Khan mengatakan itu akan membantu meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomi yang sangat dibutuhkan kawasan tersebut.

(Baca juga: Israel Minta Rp14,3 Triliun ke AS untuk Pulihkan Iron Dome)

“Kami prihatin bahwa ketika Amerika pergi, dan tidak ada penyelesaian politik, situasi yang mungkin muncul serupa dengan setelah kepergian Soviet dari Afghanistan, yang akan merugikan Pakistan dan negara-negara tetangga lainnya,” lanjutnya.

Khan juga mengatakan Pakistan khawatir tanpa penyelesaian politik aksi teror akan meningkat. Islamabad menyatakan militan anti-negara telah berlindung di wilayah Afghanistan setelah melarikan diri dari operasi keamanan Pakistan dan dari sana terus merencanakan serangan teroris lintas perbatasan.

Sementara itu, pemerintah Kabul menuduh Pakistan diam-diam mendukung Taliban dan membiarkan para pemimpin pemberontak mengarahkan kekerasan di Afghanistan, tuduhan yang dibantah oleh pejabat Pakistan. Tuduhan dan kontra-tuduhan menjadi pusat ketegangan dan kecurigaan yang telah berlangsung lama antara kedua negara yang memiliki perbatasan hampir sepanjang 2.600 kilometer.

AS memuji pemerintahan Khan karena mengatur perundingan dengan Taliban yang berakhir dengan kesepakatan penting penarikan pasukan setahun lalu, mengakhiri perang antara kedua musuh yang berlangsung hampir dua dekade.

Perjanjian itu mendorong pemberontak untuk membuka pembicaraan damai di Qatar September lalu bersama tim yang mewakili pemerintah Kabul. Islamabad dipuji karena membujuk Taliban untuk terlibat dalam apa yang secara resmi disebut negosiasi intra-Afghanistan.

(Baca juga: Malaysia: 82.000 Anak-anak dan Bayi Kena Covid-19)

Namun, dialog tersebut sebagian besar menemui jalan buntu, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan karena menghambat proses perdamaian.

Sumber-sumber pejabat tinggi Pakistan, pada Selasa (1/6) mengatakan Islamabad berperan dalam memecahkan kebuntuan, dan Afghanistan diharapkan kembali ke meja perundingan akhir pekan ini, mungkin Kamis, antara lain untuk membahas pengurangan permusuhan di medan perang yang mematikan di Afghanistan serta masalah-masalah mendesak lainnya.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya