Kisah Pelapor Korupsi yang Nyawanya Terancam: Saya Tidak Aman, Tapi Saya Tidak Menyesal

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Rabu 22 September 2021 07:17 WIB
Mosilo Mothepu yang melaporkan kasus korupsi (Foto: BBC)
Share :

AFRIKA SELATAN - Kasus pembunuhan seorang pegawai negeri di Afrika Selatan, Babita Deokaran, sang pelapor dan saksi kasus korupsi pemerintah, telah menyoroti betapa berbahayanya mereka yang lantang menyuarakan persoalan korupsi di negeri itu.

"Apa yang terjadi ketika bos Anda korup [dan] Presiden terlibat?,” tanya Mosilo Mothepu.

Pertanyannya itu menggantung di dalam ruangan, menuntut jawaban yang harus menyeimbangkan antara moralitas, sikap warga negara yang baik, dan keselamatan pribadi.

Enam tahun silam dia dihadapkan pada dilema tentang apa yang harus dilakukan, dan akhirnya dia memutuskan untuk bersuara lantang dalam upaya memberantas praktek korupsi.

Namun semuanya berubah. "Saya tidak merasa aman, saya hentikan kegiatan rutin, saya selalu merasa seperti ada seseorang mengikuti sehingga saya tak mampu berpikir tenang. Situasi ini sulit, sangatlah sulit," ujarnya.

 (Baca juga: Pria Kaya Raya Ini Dinyatakan Bersalah Atas Kasus Pembunuhan Sahabatnya)

Ada tekad dalam dirinya, dan sebuah keyakinan bahwa dia melakukan hal yang benar, tetapi itu harus dibayar mahal.

"Saya secara naif berpikir bahwa sebuah laporan akan keluar dan orang-orang akan dihukum dan dijebloskan ke bui dan sekian bulan kemudian saya akan menemukan pekerjaan dan kehidupan akan berjalan seperti biasa.

"Sebaliknya, saya menganggur selama dua tahun," ungkapnya, menahan deraian air mata.

 (Baca juga: Politisi Kaya Raya Ini Bunuh Pria yang Dikira Beruang)

Pada 2015, Mothepu adalah direktur eksekutif di sebuah perusahaan investasi Trillian.

Perusahaan itu terkait keluarga Gupta, yang dituduh berada di pusat skandal korupsi klas kakap yang dikenal sebagai state capture (pemanfaatan institusi negara untuk menyusun kebijakan yang melanggengkan korupsi). Mereka menyangkal melakukan kesalahan.

Mothepu mulai melihat betapa perusahaan itu diduga digunakan untuk menyedot uang dari berbagai perusahaan milik negara, yang acap kali melalui faktur palsu.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya