Menanggapi naiknya kecenderungan untuk menabung, seorang pejabat PBOC mengatakan pada Juli lalu bahwa ketika pandemi mereda, keinginan untuk berinvestasi dan mengonsumsi akan "stabil dan meningkat".
Setelah konsumerisme merebak bertahun-tahun, yang dipicu kenaikan upah, kemudahan kredit dan belanja daring, gerakan penghematan membuat kalangan muda China mengikuti gaya hidup orang tua mereka yang lebih berhati-hati.
"Di tengah sulitnya lowongan kerja dan besarnya tekanan ekonomi, kegelisahan dan ketidakpastian di kalangan muda menjadi sesuatu yang belum pernah mereka alami sebelumnya," kata Zhiwu Chen, profesor keuangan di Sekolah Bisnis Universitas Hong Kong.
Tidak seperti orang tua mereka, kaum muda menunjukkan penghematan mereka secara daring.
Seorang perempuan berusia 20-an di kota Hangzhou mendapatkan ratusan ribu pengikut di media sosial setelah mengunggah lebih dari 100 video tentang cara membuat makan malam hanya dengan uang 10 yuan (sekitar Rp21.500) di aplikasi gaya hidup Xiaohongshu dan situs streaming Bilibili.
Dalam sebuah video sepanjang satu menit yang sudah dilihat 400.000 kali, dia membuat masakan yang terbuat dari filet ikan basa seharga 4 yuan, udang beku 5 yuan dan sayuran 2 yuan, dengan talenan dan pemasak nasi berwarna merah muda.
Diskusi-diskusi di media sosial dipenuhi tip-tip menghemat uang, seperti "Tantangan: Hidup dengan 1.600 yuan (Rp3,43 juta) sebulan" di Shanghai, salah satu kota termahal di China.
Yang Jun, yang mengaku terlilit utang kartu kredit sebelum pandemi, membentuk kelompok bernama Institut Penelitian Konsumsi Rendah di situs jejaring Douban pada 2019. Kelompok itu telah menarik lebih dari 150.000 anggota.