Yang mengatakan dia menekan pengeluarannya dan menjual sebagian benda miliknya di situs seken untuk mendapatkan uang tunai.
"Covid-19 membuat orang jadi pesimis," kata perempuan 28 tahun itu.
"Anda tak bisa seperti sebelumnya, menghabiskan semua uang yang Anda dapat, dan mencarinya lagi bulan depan," lanjutnya, seraya mengaku bahwa dirinya kini sudah terbebas dari utang.
Yang mengatakan dia sudah tidak lagi minum kopi di Starbucks.
Sementara itu, pemegang merek-merek mewah Prancis LVMH, yang memiliki Givenchy, dan raksasa kopi Starbucks Corp sama-sama mengatakan penjualan mereka di China anjlok selama triwulan terakhir.
China belum memberikan sinyal tentang kapan dan bagaimana mereka keluar dari kebijakan nol-Covid.
Menurut seorang pengamat Cavender di CMR, stabilitas menjadi tema kunci bagi para pembuat kebijakan China tahun ini, ketika Presiden Xi Jinping berencana meneruskan kepemimpinannya untuk periode ketiga pada kongres Partai Komunis bulan depan.
"Dulu, kalau ekonomi melambat, konsumen mungkin merasa bahwa pemerintah akan mengatasi masalah ini dengan sangat cepat," terangnya.
"Saya pikir kini tantangannya adalah ketika Anda mewawancarai para konsumen muda, mereka benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan,” lanjutnya.
(Susi Susanti)