Tak hanya itu, AS juga sempat memasok Ukraina dengan tambahan bantuan militer sebesar USD275 juta (Rp4 triliun). Biden juga pernah mengumumkan memberikan dana bantuan tambahan USD3 miliar (Rp44 triliun).
Menurut Associated Press, bantuan tersebut diharapkan akan digunakan untuk mengisi kembali amunisi untuk sistem artileri Ukraina, termasuk peluncur HIMARS yang telah digunakan oleh pasukan Kyiv untuk menghasilkan efek yang besar.
Inggris juga tak tinggal diam. Perdana Menteri (PM) Inggris kala itu, Boris Johnson muncul di Kyiv, Ukraina dalam perjalanan mendadak untuk menunjukkan dukungan ke negara itu. Inggris mengumumkan memberikan dana bantuan militer baru sebesar 54 juta poundsterling (Rp947 miliar).
Tak hanya bantuan material berupa dana, bantuan moril seperti dukungan juga datang dari seluruh dunia. Seperti dari Australia, Jerman, Finlandia, Polandia, Turki, dan banyak lagi. Di Vatikan, Paus Fransiskus menyerukan "langkah nyata" untuk mengakhiri perang dan mencegah risiko bencana nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia - yang terbesar di Eropa.
Semua bantuan militer ini diperlukan mengingat laporan jika Rusia bersiap dengan perang yang panjang dan lama. Salah satu pejabat senior Ukraina, Brigadir Jenderal Oleksiy Gromov mengatakan dalam pengarahan militer bahwa Rusia sedang mempersiapkan perang yang panjang dan lama.Gromov tidak mengatakan apa tujuan Rusia dalam memperpanjang perang yang sudah berlangsung hampir 10 bulan itu.