Sebelumnya, pada Mei 2022, sebuah pesawat Tara Air jatuh di Nepal utara, menewaskan 22 orang. Empat tahun sebelumnya, 51 orang tewas ketika sebuah penerbangan yang berangkat dari Bangladesh terbakar saat mendarat di Kathmandu.
Chiranjibi Paudel, yang saudara jurnalisnya Tribhuvan ikut dalam penerbangan tersebut, mengatakan tindakan harus diambil untuk meningkatkan keselamatan penerbangan di Nepal.
"Maskapai penerbangan harus dihukum, dan badan pengatur pemerintah juga harus dimintai pertanggungjawaban," ujarnya kepada BBC News.
Uni Eropa (UE) telah melarang maskapai penerbangan Nepal dari wilayah udaranya karena kekhawatiran tentang standar pelatihan dan pemeliharaan.
Penerbangan Yeti Airlines dari Kathmandu ke kota wisata Pokhara meninggalkan ibu kota Nepal tepat setelah pukul 10:30 (04:45 GMT) untuk perjalanan singkat.
Penerbangan ini mengangkut 68 penumpang, termasuk setidaknya 15 warga negara asing, dan empat anggota awak.
Dari penumpang tersebut, 53 dikatakan orang Nepal. Ada lima orang India, empat orang Rusia, dan dua orang Korea di pesawat itu. Ada juga satu penumpang masing-masing dari Irlandia, Australia, Argentina, dan Prancis.
Khum Bahadur Chhetri, seorang penduduk setempat, mengatakan kepada Reuters bahwa dia mengamati penerbangan dari atap rumahnya saat mendekati bandara.
"Saya melihat pesawat bergetar, bergerak ke kiri dan ke kanan, lalu tiba-tiba menukik dan jatuh ke jurang," ungkapnya.
(Susi Susanti)