SURIAH – Warga Suriah yang menjadi korban gempa dahsyat magnitudo 7,8 yang mengguncang Turki hingga Suriah, mengalami keputusasaan. Mereka marah dan kecewa karena perhatian dan bantuan lebih banyak ditujukan ke Turki ketimbang Suriah saat upaya penyelamatan internasional mengalir.
Para korban gempa ini juga meminta bantuan internasional segera dikirim ke Suriah. Situasi di Suriah bisa dibilang lebih parah dari Turki. Ini disebabkan karena kondisi geografi. Daerah yang berbatasan dengan Turki yang berada di luar kendali pemerintah Suriah termasuk yang paling terpukul. Bantuan internasional ke daerah-daerah tersebut diamankan melalui satu penyeberangan perbatasan di Turki selatan. Seruan semakin meningkat agar sanksi internasional terhadap Damaskus dicabut untuk memudahkan aliran bantuan darurat ke negara yang dilanda konflik itu.
BACA JUGA: Kisah Haru Bocah 18 Bulan Ditarik Hidup-Hidup dari Puing Reruntuhan Gempa Turki Selama 55 Jam
Tiga hari setelah gempa bumi menghancurkan Suriah yang dilanda perang, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada Rabu (8/2/2023) bahwa sangat sedikit bantuan yang mengalir ke daerah-daerah yang dikuasai pemerintah dan tidak dapat mengirim satu pun konvoi bantuan ke wilayah yang dikuasai oposisi.
BACA JUGA: UNICEF Sebut Foto Anak-Anak yang Terjebak di Reruntuhan Puing Gempa Dahsyat Turki Sangat Menyedihkan
Padahal, menurut PBB, hampir 11 juta orang di Suriah terkena dampak gempa mematikan itu. Lalu 4 juta dari mereka bergantung pada lembaga bantuan untuk kebutuhan dasar kemanusiaan seperti air bersih dan makanan.
“Ini adalah bencana besar,” kata El-Mostafa Benlamlih, Koordinator residen PBB untuk Suriah, dalam konferensi video dengan wartawan pada Rabu (8/2/2023).