“Operasi militer itu rumit, seperti sepak bola Amerika. Drama dan drive membutuhkan latihan dan latihan yang konstan untuk dilakukan secara efektif,” lanjutnya.
China terakhir kali mengadakan latihan militer intensif selama tiga hari di sekitar Taiwan pada April lalu. Latihan ini disebut PLA sebagai latihan untuk menguji secara komprehensif kemampuan tempur gabungan dari pasukan militer terintegrasinya dalam situasi pertempuran yang sebenarnya.
“Pasukan dalam komando siap bertempur setiap saat, dan akan dengan tegas menghancurkan segala jenis separatis ‘kemerdekaan Taiwan’ atau upaya campur tangan asing,” kata pernyataan PLA setelah latihan pada April lalu, menurut penyiar CCTV negara.
Adapun latihan minggu ini, sebuah laporan di Global Times yang dikelola negara mengatakan mereka "bertujuan untuk menjaga kedaulatan nasional, persatuan dan integritas teritorial."
“Latihan semacam itu menjadi lebih berorientasi pada pertempuran dan lebih intensif untuk mencegah dan mempersiapkan gangguan dari kekuatan eksternal,” kata laporan itu, mengutip para pakar China.
Sementara itu, aktivitas di dalam dan sekitar Selat Taiwan dalam beberapa hari terakhir tidak terbatas pada PLA saja.
Menurut pernyataan dari Armada ke-7 AS di Jepang, sebuah jet pengintai P-8A Angkatan Laut AS transit di selat itu pada Kamis (13/7/2023).