SEOUL - Dunia hanya selangkah lagi dari konflik nuklir, kata Menteri Pertahanan Korea Utara Jenderal Kang Sun-nam dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan pada Selasa, (15/8/2023). Pernyataan itu disampaikan di saat Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan akan menggelar latihan militer tahunannya di Semenanjung Korea.
Dalam pernyataan yang dipresentasikan pada Konferensi Keamanan Internasional Moskow XI, Kang menyalahkan keinginan Washington untuk mengubah rezim di Pyongyang yang menyebabkan peningkatan ketegangan. Dia juga menuduh AS meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut dengan mengerahkan pesawat berkemampuan nuklir dan kapal selam ke wilayah tersebut.
“Sekarang, pertanyaannya bukan apakah perang nuklir pecah di Semenanjung Korea, tapi siapa dan kapan dimulainya,” Kang memperingatkan, sebagaimana dilansir RT.
Pada tahun ini saja, AS mengirim “persenjataan strategis besar-besaran” ke wilayah tersebut, termasuk kapal selam berkemampuan nuklir, kelompok kapal induk, dan pembom berkemampuan nuklir, tambahnya.
Carrier Strike Group 11 Angkatan Laut AS, yang dipimpin oleh kapal induk USS Nimitz, tiba di pelabuhan militer Korea Selatan pada akhir Maret, segera setelah Pyongyang meluncurkan hulu ledak nuklir baru yang lebih kecil, yang konon dapat dipasang pada rudal balistik jarak pendek.
Pada akhir Juni, sebuah pembom strategis B-52 AS ikut serta dalam latihan bersama dengan Korea Selatan. Hanya dua minggu kemudian, Amerika juga mengerahkan kapal selam rudal balistik kelas Ohio, USS Kentucky, ke Korea Selatan. Dipersenjatai dengan 20 rudal balistik Trident II, USS Kentucky membawa total 80 hulu ledak nuklir.
“AS, yang telah mengobarkan kebijakan negara yang bermusuhan terhadap Korea (Utara) … selama 80 tahun, secara terang-terangan mengganggu pembangunan independen dan kepentingan keamanan Utara dan mendorong situasi di Asia Timur Laut ke ambang perang nuklir,” kata Kang.
Washington harus mengakui kebijakan berperang melawan Pyongyang dan meninggalkan pendekatan konfrontatifnya jika benar-benar ingin menyelesaikan krisis dengan cara damai, tambahnya. Sampai Amerika melakukan itu, dialog apa pun tidak mungkin, tegasnya, yang berarti kekuatan militer “tetap menjadi satu-satunya cara untuk mengamankan perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea.”
Jenderal Kang menyatakan bahwa semua klaim oleh AS dan sekutunya tentang kesediaan mereka untuk menyelesaikan masalah di sekitar semenanjung melalui negosiasi hanyalah gema kosong dan satu-satunya cara untuk mencegah perang nuklir adalah dengan Pyongyang memiliki alat pencegahan militer.”
Kang juga menyatakan bahwa Korea Utara tidak akan lagi menganggap penangguhan latihan AS atau langkah serupa lainnya sebagai manifestasi tulus niat baik AS. Washington hanya membutuhkan beberapa hari untuk mengirim pembom strategis dan kapal selam nuklirnya kembali ke semenanjung dan dapat mengerahkan kembali kontingen militernya di sana “dalam waktu setengah bulan” bahkan jika sepenuhnya ditarik dari Korea Selatan.
“Kami sangat menyadari fakta bahwa niat agresif AS untuk melucuti senjata nuklir kami dan menghancurkan sistem kami melalui kekerasan tidak dapat diubah sedikit pun,” katanya.
Kata-kata sang jenderal datang hanya beberapa hari setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memerintahkan peningkatan persiapan perang, termasuk meningkatkan produksi senjata. Dia juga meminta perwira tinggi untuk melakukan latihan dengan persenjataan terbaru negara untuk memastikan pasukan siap menghadapi potensi konflik.
Langkah itu diambil menjelang latihan militer gabungan besar yang direncanakan oleh AS dan Korea Selatan.
(Rahman Asmardika)