Bahkan jadwalnya pun ambisius. Pilot Barat yang lulus dari pesawat lain memerlukan waktu sekitar sembilan bulan untuk mendapatkan kemahiran penuh – dan itu belum termasuk pelatihan untuk skenario tempur tertentu. Selain itu, tata letak kokpit F-16 jauh berbeda dengan MiG-29 – jet era Soviet yang biasa diterbangkan oleh pilot pesawat tempur Ukraina.
Selain itu, pilot juga memerlukan kemampuan berbahasa Inggris. Ihnat mengatakan sekitar 30 pilot angkatan udara Ukraina memiliki kemampuan bahasa Inggris yang memadai, jumlah minimum mutlak yang diperlukan untuk memiliki dua skuadron.
Akan ada tugas tambahan untuk mempelajari cara mengoperasikan senjata Barat seperti Rudal Udara-ke-Udara Jarak Menengah Tingkat Lanjut (AMRAAM) yang mampu menghancurkan pesawat tempur Rusia dari jarak jauh. Sisi baiknya, pilot Ukraina telah beradaptasi dengan cepat dalam menggunakan Rudal Anti-Radiasi Kecepatan Tinggi (HARM) Barat pada MiG-29 mereka.
Sebuah laporan oleh Kantor Akuntansi Umum AS pada tahun lalu menempatkan F-16 sebagai salah satu pesawat Angkatan Udara AS yang paling sulit dirawat. Yakni pesawat tersebut belum pernah mencapai tujuan misinya dalam 10 tahun sebelumnya.
Para pejabat AS telah berhati-hati mengenai dampak F-16 terhadap Ukraina dan skala pelatihan yang dilakukan.
Jenderal James B. Hecker, komandan Angkatan Udara AS di Eropa, mengatakan bahwa pesawat tersebut baru akan tiba di Ukraina pada tahun depan. Namun dia mengatakan kepada media bulan ini bahwa “hal ini tidak akan menjadi solusi yang tepat, [bahwa] tiba-tiba mereka akan mulai menjatuhkan SA-21 [rudal permukaan-ke-udara Rusia] karena mereka memiliki F-16.”
Hecker mengatakan kemampuan nyata pesawat dalam jumlah yang cukup “mungkin membutuhkan waktu empat atau lima tahun ke depan.”
Menteri Angkatan Udara AS Frank Kendall mengamini penilaian tersebut, dengan mengatakan bahwa F-16 “akan memberi Ukraina peningkatan kemampuan yang tidak mereka miliki saat ini. Namun hal ini tidak akan membawa perubahan yang dramatis.”
(Susi Susanti)