Badai ini tampaknya akan menjadi salah satu badai paling mematikan yang pernah tercatat di Afrika Utara.
Dikutip laporan dari organisasi berita negara Libyan News Agency (LANA), Hamad, kepala pemerintahan timur, mengatakan Libya menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pihak berwenang Libya memerlukan tiga jenis kelompok pencarian khusus, termasuk tim untuk mengambil jenazah dari lembah terjal setelah arus deras yang menghanyutkan mereka, tim untuk mengambil jenazah dari bawah reruntuhan, dan tim untuk mengambil jenazah dari laut, tambahnya.
Beberapa negara dan kelompok hak asasi manusia telah menawarkan bantuan ketika tim penyelamat yang berjuang untuk menemukan korban yang selamat di bawah puing-puing.
Komite Penyelamatan Internasional (IRC) mengatakan negara tersebut menghadapi “krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya” setelah bencana tersebut.
Ciaran Donelly, wakil presiden senior IRC untuk respons krisis, mengatakan tantangan di Libya “sangat besar, dengan terputusnya saluran telepon dan kerusakan parah yang menghambat upaya penyelamatan.”
Ia menambahkan bahwa perubahan iklim telah memperburuk situasi yang “terus memburuk” di negara tersebut setelah bertahun-tahun dilanda konflik dan ketidakstabilan.
Menurut Otoritas Manajemen Darurat Turki (AFAD) pada Selasa (12/9/2023)), pesawat Turki yang mengantarkan bantuan kemanusiaan telah tiba di Libya.
Kantor berita pemerintah Anadoulu Agency pada Selasa (12/9/2023) melaporkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya akan mengirim 168 tim pencarian dan penyelamatan serta bantuan kemanusiaan ke Benghazi.
Departemen Perlindungan Sipil negara itu pada Selasa 12/9/2023) mengatakan Italia mengirimkan tim pertahanan sipil untuk membantu operasi penyelamatan.
Kedutaan Besar AS di Tripoli, Libya, mengumumkan bahwa utusan khususnya, Duta Besar Richard Norland, telah membuat pernyataan resmi mengenai kebutuhan kemanusiaan.
“Hal ini akan memberikan otorisasi pendanaan awal yang akan diberikan Amerika Serikat untuk mendukung upaya bantuan di Libya. Kami berkoordinasi dengan mitra PBB dan otoritas Libya untuk menilai cara terbaik untuk menargetkan bantuan resmi AS,” tulisnya di X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter).
Presiden Uni Emirat Arab (UEA), Zayed Al Nahyan, telah mengarahkan pengiriman bantuan dan tim pencarian dan penyelamatan sambil menyampaikan belasungkawa kepada mereka yang terkena dampak bencana tersebut.
Presiden Mesir Abdel-Fattah El-Sisi juga menyampaikan belasungkawa kepada Libya. “Saya berharap pemulihan yang cepat bagi mereka yang terluka, dan saya berharap krisis ini akan segera berlalu dan rakyat Libya bersatu dalam persatuan,” kata El-Sisi dalam sebuah pernyataan di media sosial.
Badai mencapai puncaknya di timur laut Libya pada Senin (11/9/2023), menurut pernyataan dari Organisasi Meteorologi Dunia, mengutip Pusat Meteorologi Nasional Libya.
Badai di Libya terjadi setelah banjir mematikan di banyak wilayah lain di dunia termasuk Eropa Selatan dan Hong Kong.
(Susi Susanti)