GAZA - Konflik berkepanjangan antara Israel dan Gaza telah memunculkan pertanyaan tentang kekuatan Pasukan Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza. Meskipun kebijakan perlawanan bersenjata Hamas telah menuai kontroversi, tidak dapat disangkal bahwa kelompok ini memiliki kekuatan militer yang signifikan.
Hamas, yang merupakan singkatan dari Harakat al-Muqawama al-Islamiyya (Gerakan Perlawanan Islam), adalah organisasi militan fundamentalis Sunni-Islam di Palestina.
Pada 1987, Hamas didirikan oleh Sheik Ahmed Yassin, seorang yang aktif dalam Ikhwanul Muslimin, selama Intifada Palestina pertama, yang merupakan perlawanan pertama rakyat Palestina terhadap kehadiran militer Israel di Tepi Barat dan Gaza.
Dilansir dari beberapa sumber, berikut adalah beberapa aspek dari kekuatan militer Hamas, mulai dari rudal hingga unit tank.
Roket dan Proyektil: Ancaman di Langit Gaza
Salah satu aset utama Pasukan Hamas adalah kemampuan mereka dalam memproduksi dan meluncurkan rudal serta proyektil yang dapat mencapai wilayah Israel. Hamas juga memiliki keunggulan untuk membuat roket rakitan sendiri. Diketahui Hamas mendapatkan bantuan persenjataan roket dari Suriah dan Iran.
Hamas memperoleh bantuan roket Fajr 3 dan Fajr 5 dari Iran, serta roket M302 dari Suriah. Di samping itu, Hamas juga memproduksi roket-raket dalam negeri seperti Q-12, S-40, S-55, J-90, dan R-160. Dengan demikian, diperkirakan bahwa jumlah roket yang dimiliki oleh Hamas berkisar antara 14.000 hingga 30.000 unit.
Terowongan Bawah Tanah: Kekuatan Rahasia
Pasukan Hamas dikenal karena memiliki jaringan terowongan bawah tanah yang kompleks dan luas di bawah Gaza.
Terowongan ini digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk penyelundupan senjata, infiltrasi ke wilayah Israel, dan sebagai tempat berlindung selama konflik. Meskipun Israel telah berusaha untuk menghancurkan terowongan ini, mereka tetap menjadi aset yang signifikan bagi Hamas.
Pasukan Terestrial dan Unit Tank
Selain roket dan terowongan, Hamas juga memiliki pasukan terestrial yang dilengkapi dengan senjata konvensional, meskipun mereka jauh lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan militer Israel.
Salah satu sumber menyebutkan jumlah anggota Hamas mencapai 10.000 orang, sementara sumber lain menyatakan bahwa anggota Hamas bisa mencapai 40.000 orang. Kelompok ini juga memiliki unit tank yang pada beberapa kesempatan digunakan dalam pertempuran di Jalur Gaza.
Strategi Perang Hibrida: Kekuatan Dalam Perlawanan
Hamas dikenal karena menerapkan strategi perang hibrida yang melibatkan campuran serangan roket, pertempuran jalanan, dan taktik gerilya. Mereka juga telah membangun pertahanan udara sederhana untuk melindungi diri dari serangan udara Israel.
Kelompok pembela Palestina ini adalah organisasi yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh banyak negara, termasuk Israel, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Strategi perlawanan bersenjata Hamas terhadap Israel telah memicu konflik berkepanjangan yang telah mengorbankan nyawa warga sipil dari kedua belah pihak.
Pertanyaan mengenai masa depan konflik Israel-Palestina sampai saat ini belum terjawab. Namun, pemahaman tentang kekuatan militer Hamas adalah salah satu aspek penting dalam menganalisis dinamika kompleksnya perang yang terjadi di kawasan ini.
(Rahman Asmardika)