Israel Bunuh 27 Warga Palestina di Tepi Barat, Sementara Gempur Gaza Jadi Puing-Puing

Rahman Asmardika, Jurnalis
Kamis 12 Oktober 2023 10:11 WIB
Pelayat membawa jasad seorang warga yang tewas dalam bentrokan dengan pemukim Yahudi dan pasukan keamanan Israel di Nablus, Tepi Barat, 11 Oktober 2023. (Foto: Reuters)
Share :

RAMALLAH – Kekerasan meningkat di Tepi Barat yang diduduki disaat Israel menyatakan perang terhadap Hamas dan menggempur Gaza sebagai respon atas serangan kelompok Palestina itu akhir pekan lalu. Kekerasan di Tepi Barat kali ini berisiko meningkat setelah lebih dari setahun terus-menerus bergejolak. .

Pasukan keamanan Israel telah menewaskan setidaknya 27 warga Palestina dalam bentrokan di Tepi Barat sejak Sabtu, (7/10/2023) ketika faksi-faksi Palestina menyerukan orang-orang di wilayah Palestina untuk bergabung dalam perjuangan melawan pendudukan Israel.

Pada Rabu, (11/10/2023) tiga warga Palestina ditembak mati oleh pasukan keamanan Israel dan pemukim Yahudi yang bertopeng di desa Qusra dekat kota Nablus di Tepi Barat utara, kata Kementerian Luar Negeri Palestina. Insiden ini terjadi setelah tentara Israel mengatakan pihaknya memasok ribuan senjata api kepada warga Yahudi yang memiliki izin "untuk meningkatkan sistem pertahanan" di seluruh negeri.

Militer Israel mengatakan pihaknya siap menghadapi eskalasi di Tepi Barat dan pasukannya telah bersiaga tinggi, melakukan penangkapan dan menggagalkan kemungkinan serangan.

“Siapa pun yang menantang kami di Yudea dan Samaria akan dihadang dengan kekuatan besar,” kata Juru Bicara Militer Laksamana Muda Daniel Hagari pekan ini, menggunakan nama-nama Yahudi dalam Alkitab untuk Tepi Barat.

Hingga Rabu, pos pemeriksaan militer masih ditutup dan jalan-jalan di beberapa bagian Tepi Barat ditutup dengan gundukan tanah, sehingga membatasi pergerakan.

Setelah ratusan ribu warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat perang yang terjadi pada 1948 terkait pembentukan Israel, warga Palestina mencari negara merdeka di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza.

Prospek tersebut tampaknya semakin jauh di tengah perluasan pemukiman Israel di tanah Palestina, terputusnya komunitas satu sama lain, dan terhentinya perundingan yang disponsori Amerika Serikat (AS).

Kelompok hak asasi manusia mengatakan pemerintah Israel secara sistematis menindas warga Palestina selama beberapa dekade dalam kebijakan yang dianggap apartheid dan sejak 2007 telah memberlakukan penutupan darat, udara dan laut terhadap penduduk Gaza.

Otoritas Palestina (PA), yang menjalankan pemerintahan terbatas di wilayah Tepi Barat, dipimpin oleh faksi Fatah, saingan Hamas, yang mendorong Fatah keluar dari Gaza setelah perang saudara singkat pada 2006-2007. Namun, para pemimpin PA telah menyatakan simpatinya terhadap Gaza yang berperang dengan Israel.

“Israel adalah musuh dan penjajah kami dan merupakan hak rakyat kami untuk membela diri,” kata Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh pada pertemuan pemerintah pada Senin, (9/10/2023) bahkan ketika beberapa pendukung PA dari Barat mempertimbangkan untuk menangguhkan bantuan.

Kementerian Luar Negeri Palestina, yang telah berulang kali menyuarakan bahaya peningkatan serangan terhadap warga Palestina yang dilakukan oleh pemukim Yahudi bersenjata, memperingatkan agar tidak memasok lebih banyak senjata kepada pemukim di Tepi Barat di tengah meningkatnya kekerasan, dan menggambarkannya sebagai sebuah provokasi yang akan “meledakkan situasi di Tepi Barat.”

Lima anak di bawah umur termasuk di antara korban tewas sejak Sabtu, kata para pejabat Palestina, seraya menambahkan bahwa lebih dari 130 warga Palestina terluka, banyak di antaranya akibat konfrontasi dengan militer di Tepi Barat. Setidaknya satu dari orang yang terbunuh diklaim oleh kelompok bersenjata Palestina.

Dengan meningkatnya ketidakpastian mengenai siapa yang akan menggantikan Presiden Mahmoud Abbas, Hamas telah melakukan upaya untuk memperluas pengaruhnya di Tepi Barat.

Sejak gerakan ini melancarkan serangan militan Palestina yang paling mematikan terhadap Israel dalam 75 tahun sejarah negara tersebut, gerakan ini telah berulang kali meminta warga Palestina di Yerusalem dan Tepi Barat untuk bergabung dalam perjuangan dan melawan pendudukan.

Meskipun ada perpecahan politik yang mengakar, partai Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas, yang mendominasi lembaga-lembaga PA di Tepi Barat, mengatakan warga Palestina di luar wilayah pesisir juga harus melawan pendudukan Israel yang telah berlangsung puluhan tahun dan menghadapi militer Israel.

Kekerasan di Tepi Barat telah meningkat, dengan meningkatnya serangan militer Israel, serangan pemukim terhadap kota-kota Palestina dan serentetan serangan Palestina yang menargetkan warga Israel. Jumlah korban tewas warga Palestina tahun ini hingga Sabtu mencapai lebih dari 220 orang dan setidaknya 29 orang di Israel telah terbunuh, menurut catatan PBB.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya