ROMA – Badan kesehatan seksual dan reproduksi Pererikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNFPA mengatakan 50.000 perempuan hamil tidak dapat mengakses layanan kesehatan penting dan air bersih di Gaza.
Sekitar 5.500 dari perempuan tersebut diketahui akan melahirkan pada bulan mendatang.
Badan ini sangat prihatin terhadap keselamatan dan kesejahteraan perempuan dan anak perempuan di sana, serta trauma dan tekanan psikologis.
Salah satu anggota staf UNFPA di Gaza mengatakan satu-satunya tujuan mereka saat ini adalah bernapas, untuk tetap hidup.
Badan tersebut mengatakan pihaknya sedang menyiapkan pasokan untuk siap dikirim jika pengepungan dicabut.
Mereka telah mengikuti seruan negara-negara lain agar semua pihak mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional.
Sementara itu, Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP) pada Kamis (12/10/2023) memperingatkan bahwa pasokan penting di Jalur Gaza semakin menipis setelah Israel memberlakukan blokade total di wilayah tersebut menyusul serangan mematikan Hamas.
“Ini adalah situasi yang mengerikan di Jalur Gaza yang kita lihat berkembang dengan persediaan makanan dan air yang terbatas dan cepat habis,” kata Brian Lander, wakil kepala keadaan darurat di WFP, yang berbasis di Roma, dikutip Reuters.
"WFP berada di lapangan dan merespons dan kami menyediakan makanan kepada ribuan orang yang mencari perlindungan di sekolah-sekolah dan di tempat lain di seluruh wilayah ini. Namun kami akan kehabisan makanan dalam waktu dekat," lanjutnya.
Israel mengumumkan pengepungan total di Gaza pada Senin (9/10/2023), memblokir masuknya makanan, bahan bakar dan air ke wilayah pesisir dan menutup semua titik persimpangan menyusul amukan Hamas pada akhir pekan yang menewaskan lebih dari 1.300 orang.
Komite Palang Merah Internasional (IRCRC) mengatakan pada Kamis (12/10/2023) bahwa bahan bakar untuk generator rumah sakit di Gaza akan segera habis, dan menambahkan bahwa persediaan bantuan dan obat-obatan di Gaza tidak tersedia karena kurangnya jalur yang aman.
Selain menutup perbatasan, militer Israel juga melancarkan serangan udara besar-besaran di daerah kantong tersebut, memaksa ratusan ribu warga Palestina meninggalkan rumah mereka.
Badan PBB yang bertanggung jawab untuk pengungsi Palestina (UNWRA) mengatakan 11 stafnya telah tewas dalam konflik sejauh ini. "(Ini) adalah tragedi yang mengerikan dan kami benar-benar menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarga mereka," terangnya.
Dalam kondisi normal, badan PBB tersebut memberikan bantuan pangan langsung kepada sekitar 350.000 warga Palestina setiap bulannya, dan juga menawarkan bantuan kepada hampir 1 juta orang melalui kerja sama dengan mitra kemanusiaan lainnya melalui bantuan tunai.
Dalam laporan pada 2023, badan-badan PBB memperkirakan bahwa 58% penduduk Jalur Gaza membutuhkan bantuan kemanusiaan dan 29% rumah tangga di Gaza hidup dalam kondisi ekstrem atau bencana dibandingkan dengan 10% pada 2022.
(Susi Susanti)