"Saya sangat senang karena saya khawatir dia tidak termasuk di antara mereka yang dibebaskan,” terangnya saat berbicara kepada BBC setelah melihat pacarnya dalam kondisi hidup di dalam mobil yang membawa sandera dari perbatasan ke rumah sakit Israel.
“Saya ingin dia sembuh dari kondisi mental apa pun yang dia alami terlebih dahulu, lalu dia bisa kembali ke Thailand,” lanjutnya.
“Saat ini, aku bisa menunggunya. Aku sudah menunggu begitu lama, aku bisa menunggu lebih lama lagi,” ujarnya.
Warga negara Thailand terkena dampak yang sangat besar karena sekitar 30.000 orang telah melakukan perjalanan ke Israel untuk bekerja, terutama di sektor pertanian.
Keluarga-keluarga lain dengan gugup menunggu kabar untuk mengetahui apakah orang yang mereka cintai termasuk di antara mereka yang dibebaskan pada Jumat (24/11/2023).
Thongkoon Onkaew, ibu dari Natthaporn Onkaew, seorang petani Thailand berusia 26 tahun, mengatakan terakhir kali dia berbicara dengan putranya adalah pada pagi hari tanggal 7 Oktober, ketika putranya berencana bermain sepak bola dengan teman-temannya.
“Saya berharap anak saya menjadi salah satu orang pertama yang dibebaskan. Ini merupakan bulan yang menyakitkan tanpa kabar baik,” terangnya.
“Saya berharap anak saya dan sandera Thailand lainnya selamat, saya berterima kasih kepada semua pihak berwenang atas upaya merundingkan pembebasan warga negara Thailand,” lanjutnya.
"Saya perlu menelepon perwakilan setempat untuk memeriksa beritanya. Saya sekarang dibombardir dengan pesan-pesan,” terang Wanida Maarsa, istri Anucha Angkaew, 28.
“Jika suamiku salah satunya, aku akan sangat bahagia,” lanjutnya.