“Kami pikir, dan penelitian yang kami lakukan telah menunjukkan kepada kami, bahwa pembajakan tersebut mungkin dilakukan oleh pilot berpengalaman,” katanya.
“Kabin mengalami penurunan tekanan … dan terdapat saluran dengan kontrol lembut untuk menghasilkan sedikit serpihan. Hal itu dilakukan agar tidak terjebak atau ditemukan.
“Tentu saja pesawat itu tidak terlihat kecuali milik militer. Orang tersebut tahu bahwa jika pencarian dan penyelamatan dilakukan, maka hal itu akan terjadi pada jalur penerbangan.”
Pasangan ini berpendapat bahwa transponder pesawat dimatikan dan “putar balik” yang dilakukannya menjauhi jalur penerbangan tidak mungkin dilakukan secara autopilot.
Pada malam 8 Maret 2014, pesawat Malaysia Airlines dengan 239 orang di dalamnya meninggalkan Bandara Internasional Kuala Lumpur menuju Beijing tetapi menghilang dari layar radar sekira dua jam setelah keberangkatannya.
Setelah itu, operasi pencarian besar-besaran yang melibatkan beberapa negara dilakukan di selatan Samudera Hindia, namun baik pesawat maupun puing-puingnya tidak ditemukan.
(Rahman Asmardika)