GAZA – Militer Israel mengatakan mereka telah mengambil alih rumah sakit (RS) al-Shifa di Kota Gaza dalam apa yang disebutnya sebagai operasi untuk menggagalkan aktivitas anggota Hamas.
Dilaporkan bahwa tentara membunuh 20 anggota Hamas, termasuk seorang komandan senior pasukan keamanan internal Hamas, dan menahan puluhan tersangka dalam penggerebekan tersebut.
Saksi mata serangan terakhir terhadap al-Shifa menggambarkan keadaan panik di dalam rumah sakit, fasilitas medis terbesar di Gaza, ketika pasukan Israel melancarkan serangan cepat dan tak terduga pada Senin (18/3/2024) dini hari.
Para saksi mata menggambarkan baku tembak hebat di sekitar lokasi, tempat ribuan pengungsi berlindung.
Militer Israel mengatakan tidak ada kewajiban bagi staf medis atau pasien untuk pergi, dan rumah sakit dapat melanjutkan fungsi pentingnya.
Namun beberapa staf medis di dalam rumah sakit mengatakan kepada BBC bahwa listrik telah padam dan mereka telah diinstruksikan oleh militer Israel untuk tidak bergerak, sehingga melarang mereka merawat pasien dengan benar.
“Kami terjebak di dalam departemen ini,” kata Dr Amer Jedbeh, seorang dokter spesialis bedah berusia 31 tahun, dikutip BBC.
"Sebuah peluru menghantam gedung kami di lantai pertama, melukai beberapa orang. Satu orang tewas, kami tidak dapat menyelamatkannya. Kami hanya melakukan pertolongan pertama, pada dasarnya, kami tidak dapat beroperasi karena tidak ada listrik atau air,” terangnya.
Dr Jedbeh mengatakan dua pasien yang menggunakan alat bantu hidup di unit perawatan intensif di gedung yang sama telah meninggal karena pasokan listrik terputus menjelang penggerebekan. “Semua mesin mati,” tambahnya.