Catatan Kelam Gempa Besar dan Tsunami di Bengkulu, Pernah Diguncang Kekuatan M9,0

Demon Fajri, Jurnalis
Selasa 20 Agustus 2024 11:32 WIB
Ilustrasi
Share :

Menyimpan Potensi Gempa Dahsyat

Berdasarkan hasil analisis, kata PMG Ahli Muda Stasiun Geofisika Kepahiang, Provinsi Bengkulu, Sabar Ardiansyah, menunjukkan daerah Bengkulu memilki potensi gempa berkekuatan M=7,5. 

Siklus kegempaan di Bengkulu memasuki periode precursory gap. Hal ini ditandai dengan penurunan aktivitas kegempaan. Sebelum terjadi gempa utama biasanya didahului suatu pola atau siklus kegempaan. 

Siklus ini meliputi periode normal, periode anomali ditandai dengan peningkatan aktivitas. Lalu periode precursory gap ditandai dengan penurunan aktivitas seismik, dan periode terjadinya gempa utama.

Karakteristik kegempaan di Bengkulu sejak gempa Rabu 12 September 2007 beserta gempa susulan berlangsung cukup lama hingga mencapai akhir tahun 2008. 

Hal ini dapat dilihat dari aktivitas kegempaan Magnitudo (M=) 4,5 masih tergolong tinggi dengan total event mencapai 133 event pada tahun 2007 dan 100 event pada tahun 2008.

Periode swarm sendiri dimulai Kamis 1 Januari 2009 hingga Sabtu 31 Desember 2011. Dalam waktu dua tahun ini jumlah event dengan Magnitudo (M=) 4,5 tercatat sebanyak 184 event dengan Mp= 6,4.

Periode penurunan aktivitas seismik terindikasi sejak Minggu 1 Januari 2012 hingga sekarang. Dalam rentang waktu dua tahun itu jumlah event M=4,5 tercatat hanya 11 event. Periode ini dapat diinterpretasikan sebagai periode pengumpulan energi atau akumulasi stress.

''Wilayah Bengkulu saat ini diperkirakan memiliki potensi gempa dengan kekuatan  M=7,5,'' sampai Sabar.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa setelah terjadi gempa Rabu 12 September 2007, saat ini di kawasan Bengkulu dalam tahap akumulasi energi. Seperti penelitian Rohadi.

Perhitungan b-value baik secara temporal maupun spasial di seluruh kawasan pantai barat Sumatera periode tahun 1973-2008. 

Hasilnya menunjukkan khususnya di wilayah rupture zone gempa Rabu 12 September 2007 memiliki nilai b-value rendah.

Berdasarkan analisis katalog data gempa periode 1971-2013, di Bengkulu terindikasi adanya pola atau siklus teratur sebelum terjadinya gempa utama signifikan. Siklus ini mengikuti pola.

Meliputi periode normal, periode anomali peningkatan seismisitas, periode penurunan aktivitas seismik atau precursory gap dan periode terjadinya gempa utama. 

Wilayah dengan b-value rendah ini berpeluang terjadi gempa besar diwaktu yang akan datang. Karakteristik kegempaan di daerah Bengkulu bisa dijadikan salah satu metode untuk prekursor gempa jangka panjang dalam upaya mitigasi bencana.

''Untuk kapan terjanya gempa belum dapat diprediksi. Siklus kegempaan di Bengkulu saat ini dalam periode precursory gap atau periode penurunan aktivitas seismik,'' jelas Sabar.

Fenomena Prekursor Gempa

Ada beberapa prekursor gempa. Seperti deformasi kerak bumi, perubahan level muka air laut, regangan, tegangan kerak bumi, gempa pendahuluan, anomali aktivitas kegempaan, gempa swarm, b-value, perubahan kecepatan gelombang seismik, perubahan air tanah dan gas radon yang merupakan fenomena pendahuluan sebelum terjadinya gempa besar.

Fenomena prekursor gempa, jelas Sabar, bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Hal ini lantaran adanya perbedaan struktur geologi tiap daerah. 

Beberapa penelitian menunjukkan, fluktuasi perubahan aktivitas seismisitas berhubungan erat sebagai indikator prekursor gempa.

Sementara anomali seismisitas, kata Sabar, merupakan prekursor yang berhubungan dengan akumulasi stress atau akumulasi energi yang dapat digunakan sebagai mitigasi bencana. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan anomali seismisitas.

Kemudian prekursor kesenyapan seismisitas (seismic quiescence), menggambarkan penurunan aktivitas seismisitas, fenomena ini banyak dikaji para ahli untuk memprediksi gempa. Pola seismic quiescence sebagai aktivitas seismik yang mendahului terjadinya gempabumi besar.

Berdasarkan observasi, sebelum terjadi gempa besar telah terjadi aktivitas seismisitas disekitar episenter gempa besar tersebut. Setelah terjadi seismic quiescence biasanya akan diikuti dengan peningkatan gempa sebagai gempabumi pendahuluan (foreshock).

''Aktivitas foreshock merepresentasikan pergerakan mikro lempeng bumi (micro-cracking) sebelum terjadi rupture,'' beber Sabar.

Lalu peningkatan aktivitas seismisitas. Ini merupakan bagian dari siklus gempa. Aktivitas ini disebut sebagai anomali seismisitas (swarm). Aktivitas swarm biasanya berasosiasi dengan aktivitas vulkanik. Namun berasosiasi dengan aktivitas non-vulkanik.

''Periode gempa swarm biasanya terjadi beberapa waktu disekitar wilayah episenter gempa besar sebelum terjadi gempa besar tersebut,'' imbuh Sabar.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya