Karakteristik Kegempaan
Berdasarkan hasil pengolahan data katalog gempa daerah Bengkulu tahun 1971-2013, terdapat pola sebelum terjadi gempa utama berkekuatan 7,0 SR. Pola atau siklus yang terjadi dimulai dari aktivitas normal.
Kemudian diikuti dengan anomali seismisitas dengan indikasi peningkatan seismisitas (swarm). Selanjutnya periode penurunan aktivitas seismisitas. Lalu periode terjadinya gempa utama.
Gempa utama tahun 1975, 1994, 2000 dan 2007, sampai Sabar, selalu didahului siklus penurunan aktivitas kegempaan.
Lamanya periode tiap-tiap siklus cukup bervariasi. Seperti karakteristik kegempaan sebelum gempa Rabu 1 Oktober 1975 berkekuatan 7,0 SR.
Gempa Rabu 1 Oktober 1975, terletak pada koordinat 4,88 Lintang Selatan (LS) 102,19 Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 33 km.
Sebelum terjadi gempa utama ini siklus kegempaan dimulai dari periode normal selama periode Jumat, 1 Januari 1971 - Jumat, 31 Desember 1971 (365 hari).
Gempa dengan M=4,5 hanya terjadi 9 event. Siklus selanjutnya, sambung Sabar, diikuti dengan periode peningkatan aktivitas seismisitas (swarm) selama Sabtu, 1 Januari 1972 - Minggu, 31 Desember 1972 (365 hari) terjadi gempa dengan M=4,5 sebanyak 34 event. Setelah periode swarm, adanya seismic quiescence, ditandai dengan penurunan aktivitas kegempaan.
Periode ini berlangsung selama Senin 1 Januari 1973 - Selasa 30 September 1975, dengan Magnitudo 4,5. Periode ini hanya 20 event. Selama periode swarm, dua gempa terbesar terjadi dengan M= 6,0 dan M=5,4. Sehingga magnitudo rata-rata M=5,7.
Kemudian karakteristik kegempaan sebelum gempa Selasa, 15 Februari 1994, Magnitudo 7,0 terletak di koordinat 4,97 LS 104,30 BT dengan kedalaman 23 kilometer. Kondisi ini sama seperti siklus gempa, Rabu, 1 Oktober 1975.
Sebelum terjadi gempa pada Selasa 15 Februari 1994 mengikuti pola yang sama. Di mulai dari periode normal. Yaitu, selama Kamis, 1 Januari 1976 - Kamis, 31 Desember 1981, dengan M=4,5 terjadi 110 event.
Kemudian diikuti periode swarm atau peningkatan aktivitas seismisitas. Pada periode, Jumat, 1 Januari 1982 - Kamis, 31 Januari 1985, jumlah event mencapai 105 event. Selama periode ini dua magnitudo terbesar berkekuatan M=6,6 dan M=6,5.
Periode seismic quiescence terjadi selama Rabu, 1 Januari 1986 - Senin, 14 Februari 1994, dengan jumlah event sebanyak 112.
Sementara karakteristik kegempaan sebelum gempa, pada Minggu, 4 Juni 2000, kekuatannya M=7,9. Gempa itu merupakan salah satu gempa yang menyebabkan banyak korban kerusakan di Bengkulu.
Gempa ini terletak pada koordinat 4,72 Lintang Selatan 102,04 Bujur Timur pada kedalaman 33 km. Lima tahun sebelum terjadi gempa utama, terindikasi adanya siklus yang teratur sebagai prekursor gempa.
Periode normal selama dua tahun, Minggu 1 Januari 1995 - Selasa, 31 Desember 1996. Gempa dengan Magnitudo 4,5 hanya 15 event.
Setelah periode normal ini, diikuti dengan periode anomali seismisitas atau peningkatan aktivitas seismik (swarm) selama satu tahun mulai, Rabu 1 Januari 1997 - Rabu, 31 Desember 1997, sebanyak 39 event dengan kekuatan rata-rata M=6,5.
Usai periode swarm diikuti periode penurunan aktivitas seismik (precursory gap) selama Kamis, 1 Januari 1998 - Sabtu, 3 Juni 2000 dengan jumlah 13 event M=4,5.
Kemudian karakteristik kegempaan sebelum gempa, Rabu, 12 September 2007, M=8,5. Gempa ini mengakibatkan kerusakan di Bengkulu, terletak di koordinat 4,52 LS 101,37 BT pada kedalaman 34 km.
Di lihat dari siklus seismik, pola kegempaan sebelum terjadi gempa utama berbeda dengan tiga gempa signifikan sebelumnya.
Di mana sebelum gempa utama hanya ada dua siklus. Yaitu, siklus anomali peningkatan aktivitas seismik (swarm) dan siklus penurunan aktivitas seismik (precursory gap).
Periode anomali swarm berlangsung selama, Senin, 1 Januari 2001 - Jumat, 31 Desember 2004. Dengan total 184 event. Rata-rata M=7,1.
Periode penurunan aktivitas seismisitas berlangsung selama, Sabtu, 1 Januari 2005 - Selasa, 11 September 2007. Setelah periode seismic quiescence, tepat pada Rabu, 12 September 2007 terjadi gempa utama (Mm) dengan M=8,5.
Regresi formula perkiraan magnitudo gempa di Bengkulu (Predictive Regressions), berdasarkan parameter masing-masing karakteristik kegempaan sebelum terjadi gempa utama.
Maka bisa dihitung formula yang menyatakan hubungan antara magnitudo rata-rata saat terjadi periode swarm (Mp) terhadap lamanya periode swarm (Tp).
''Artinya dugaan besarnya magnitudo gempabumi utama bisa dihitung jika siklus kegempaan pada periode swarm telah dilewati sebelum terjadinya gempabumi utama,'' jelas Sabar.