JAKARTA - Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati akhir bulan lalu mengumumkan bahwa dia akan bertemu dengan negara-negara donor untuk mencari tambahan dana bagi krisis pengungsian yang semakin meningkat di Lebanon, seiring dengan ratusan ribu orang yang melarikan diri dari serangan udara Israel yang meluas.
"Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi kekurangan. Seperti yang saya katakan kemarin, ini bukan proses yang mudah," kata Mikati pada 1 Oktober, mengumumkan bahwa dia akan meminta donor untuk memberikan dana kepada Lebanon melalui Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dilansir dari The Guardian.
Menurut Nasser Yassin, Menteri Lingkungan Hidup sementara dan Kepala Sel Krisis Pemerintah, diperkirakan donor akan memberikan lebih dari USD450 juta. Yassin mengatakan jumlah ini harus cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak dari krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Lebanon, meskipun dia mencatat bahwa dana tambahan mungkin diperlukan untuk upaya rekonstruksi setelah pertempuran antara Hizbullah dan Israel berhenti.
Pemimpin sementara Hizbullah, Naim Qassem, mengumumkan dalam sebuah pidato bahwa kelompok tersebut akan melanjutkan perang mereka melawan Israel. Meskipun begitu, Hizbullah kini juga mengalami kekurangan dana akibat serangan Israel di Lebanon.
Lantas dari mana Hizbullah mendapatkan dana yang selama ini digunakan untuk mendukung semua operasinya? Berikut beberapa sumber keuangan kelompok tersebut, sebagaimana dilansir dari berbagai sumber.
AQAH adalah lembaga keuangan semi-resmi yang didirikan oleh Hizbullah pada 1982 untuk memberikan pinjaman tanpa bunga kepada warga Lebanon yang membutuhkan, terutama dari komunitas Syiah. Lembaga ini beroperasi tanpa izin resmi dari pemerintah, dan menurut para peneliti dari Amerika Serikat (AS) dan Lebanon, serta laporan dari Departemen Keuangan AS, AQAH telah menjadi sumber utama Hizbullah.
Menurut Pusat Informasi Intelijen dan Terorisme Meir Amit Israel atau ITIC, kelompok penelitian non-pemerintah dari veteran komunitas intelijen Israel, AQAH memiliki banyak cabang, terutama di Dahiyeh, wilayah yang dikuasai Hizbullah di selatan Beirut. Namun, setelah serangan udara Israel pada bulan September, banyak cabang AQAH hancur, menyebabkan krisis keuangan bagi Hizbullah.