JAKARTA – Seorang imam masjid asal Afrika Selatan tewas ditembak dalam sebuah serangan pada pertengahan bulan ini. Muhsin Hendrik terbunuh setelah memimpin upacara pernikahan untuk pasangan lesbian di Masjidul Ghurbaah, sebuah masjid yang ia dirikan dan kelola melalui Yayasan Al-Ghurbaah, yang terletak di Wynberg, Cape Town.
Kematian Hendricks, pada Sabtu, (15/2/2025) menambah deretan panjang ketegangan terkait agama dan seksualitas yang seringkali berbenturan dalam masyarakat konservatif.
Muhsin lahir dan dibesarkan dalam keluarga Muslim yang sangat taat, dan sejak muda ia merasa dirinya berbeda dari anak laki-laki lainnya, terutama dalam orientasi seksual. Saat berusia 21 tahun, ia memutuskan untuk melanjutkan studi agama di Pakistan, meski dia mengaku menyukai sesama jenis alias homoseksual, yang bertentangan dengan agama Islam yang dianutnya.
Pada 1996, Muhsin secara terbuka mengakui dirinya sebagai seorang gay dan mendirikan komunitas bernama "Inner Circle" atau "Lingkaran Orang-orang Terdekat" yang diperuntukkan bagi Muslim gay yang ingin menemukan tempat dalam agama mereka tanpa takut akan diskriminasi.
Ketika ia mendengar khotbah-khotbah yang mengutuk homoseksualitas, Muhsin memutuskan untuk mendirikan masjid yang dapat menampung mereka yang berjuang dengan identitas seksual mereka, namun tetap ingin tetap beribadah dan belajar tentang Islam.
Masjidul Ghurbaah menjadi tempat bagi banyak Muslim gay dan menciptakan ruang bagi mereka untuk beribadah.