Tak hanya itu, banjir ini juga menghambat sahur bagi sebagian warga karena dapur mereka terendam. “Banyak yang tidak bisa sahur karena dapurnya kebanjiran,” tambahnya.
Menurutnya, saat ini beberapa warga mulai mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun, karena belum memiliki tempat pengungsian yang layak, warga terpaksa menumpang di rumah kerabat atau tetangga yang memiliki lantai dua.
“Kami belum punya tempat pengungsian yang layak. Ada sekitar 10 kepala keluarga atau sekitar 20-30 jiwa yang kemarin kami tempatkan sementara di bale, walaupun kondisinya masih terbuka,” jelas Yomi.
Meski banjir sudah terjadi sejak malam, hingga Sabtu pagi belum ada bantuan yang datang. Yomi menyebut bahwa pihak desa sudah berkomunikasi lewat WhatsApp dan Babinsa serta Binmas sudah turun ke lapangan, namun bantuan belum diterima warga.
“Bantuan belum ada, sama sekali belum,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah bisa memberikan solusi nyata untuk mengatasi banjir yang terus terjadi setiap tahun.
“Kami tidak berharap banjir ini langsung hilang, tapi setidaknya setiap tahun ada pengurangan debit air. Mungkin pihak terkait bisa berdiskusi dengan kami, karena kami tahu solusi terbaik untuk daerah ini,” tuturnya.
(Arief Setyadi )