"KLB campak di Sumenep adalah peringatan keras bagi kita semua agar sistem pencegahan menjadi prioritas utama. Negara tidak boleh menunggu wabah meluas dan korban jatuh, baru kemudian bertindak,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, melaporkan hingga Agustus ini ada 17 anak yang meninggal akibat campak. Catatan itu membuat pemerintah setempat menetapkan penyebaran campak sebagai kejadian luar biasa.
Sementara itu, data Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat hingga Agustus 2025 terdapat 2.035 kasus terkonfirmasi. Selain di Sumenep, ratusan balita di Bangkalan juga mengalami infeksi campak, satu di antaranya meninggal dunia.
Kasus campak di Bangkalan didominasi anak-anak berusia 2–3 tahun. Umumnya, mereka mengalami gejala seperti demam sejak hari pertama, muncul bintik-bintik merah di belakang telinga hingga menyebar ke sekujur tubuh. Pada beberapa balita, infeksi campak disertai dengan batuk dan pilek.
(Awaludin)