Terpilihnya Machado sebagai penerima Nobel Perdamaian 2025 telah menimbulkan kontroversi.
Pada 2018, Machado mengirim surat kepada Perdana Menteri Netanyahu, memintanya membantu menggulingkan pemerintah Venezuela pimpinan Presiden Nicolas Maduro.
Council on American-Islamic Relations (CAIR), kelompok advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat (AS), mengecam pemberian Nobel Perdamaian untuk Machado yang menyuarakan dukungan bagi Partai Likud—partai garis keras Israel yang berperan dalam genosida di Gaza. Ia juga berpidato di sebuah konferensi yang dihadiri para tokoh yang secara terbuka menyerukan Reconquista baru, merujuk pada pembersihan etnis Muslim dan Yahudi di Spanyol pada tahun 1500-an.
“Machado adalah pendukung vokal Partai Likud rasis Israel, dan awal tahun ini ia menyampaikan pidato di sebuah konferensi fasis Eropa yang dihadiri Geert Wilders dan Marine Le Pen, yang secara terbuka menyerukan Reconquista baru, merujuk pada pembersihan etnis Muslim dan Yahudi di Spanyol pada tahun 1500-an," kata CAIR dalam sebuah pernyataan yang dilansir Daily Sabah.
Pada September, Machado menjadi pendukung vokal ekspansi militer Presiden AS Donald Trump di Karibia, sependapat dengan Trump bahwa Presiden Venezuela Nicolas Maduro merupakan risiko keamanan yang signifikan bagi kawasan tersebut.