JAKARTA - Pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, mengatakan bahwa dia akan memindahkan kedutaan besar negaranya dari Tel Aviv ke Yerusalem sebagai bentuk dukungan bagi klaim Israel atas kota suci tiga agama tersebut.
"Saya yakin dan dapat mengumumkan bahwa pemerintah kami akan memindahkan kedutaan besar Israel kami ke Yerusalem," kata Machado dalam sebuah wawancara dengan saluran Israel, sebagaimana dilansir Middle East Monitor.
"Saya berjanji suatu hari nanti kita akan memiliki hubungan yang erat antara Venezuela dan Israel. Itu akan menjadi bagian dari dukungan kami kepada Negara Israel," tambahnya.
Pada 2009, Venezuela di bawah Hugo Chavez memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel dan mengusir duta besar Israel sebagai protes terhadap Perang Gaza 2008–2009.
Terpilihnya Machado sebagai penerima Nobel Perdamaian 2025 telah menimbulkan kontroversi.
Pada 2018, Machado mengirim surat kepada Perdana Menteri Netanyahu, memintanya membantu menggulingkan pemerintah Venezuela pimpinan Presiden Nicolas Maduro.
Council on American-Islamic Relations (CAIR), kelompok advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat (AS), mengecam pemberian Nobel Perdamaian untuk Machado yang menyuarakan dukungan bagi Partai Likud—partai garis keras Israel yang berperan dalam genosida di Gaza. Ia juga berpidato di sebuah konferensi yang dihadiri para tokoh yang secara terbuka menyerukan Reconquista baru, merujuk pada pembersihan etnis Muslim dan Yahudi di Spanyol pada tahun 1500-an.
“Machado adalah pendukung vokal Partai Likud rasis Israel, dan awal tahun ini ia menyampaikan pidato di sebuah konferensi fasis Eropa yang dihadiri Geert Wilders dan Marine Le Pen, yang secara terbuka menyerukan Reconquista baru, merujuk pada pembersihan etnis Muslim dan Yahudi di Spanyol pada tahun 1500-an," kata CAIR dalam sebuah pernyataan yang dilansir Daily Sabah.
Pada September, Machado menjadi pendukung vokal ekspansi militer Presiden AS Donald Trump di Karibia, sependapat dengan Trump bahwa Presiden Venezuela Nicolas Maduro merupakan risiko keamanan yang signifikan bagi kawasan tersebut.
Desakan agar Hadiah Nobel Perdamaian untuk Machado ditarik telah muncul dari beberapa pihak, termasuk CAIR dan Pemerintah Venezuela.
Dalam pengumumannya, Komite Nobel menyebut Machado dipilih atas “kerja kerasnya yang tak kenal lelah dalam mempromosikan hak-hak demokrasi bagi rakyat Venezuela dan perjuangannya untuk mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi.” Namun, sejumlah pihak menilai bahwa menyerukan kudeta terhadap negaranya sendiri dengan bantuan negara lain bertentangan dengan semangat Nobel Perdamaian.
(Rahman Asmardika)