Kisah John Lie, Perwira TNI AL Berjuluk "Hantu Selat Malaka" yang Bikin Kewalahan Penjajah

Awaludin, Jurnalis
Rabu 10 Desember 2025 07:37 WIB
Laksamana Muda TNI John Lie (Foto: Wikipedia)
Share :

JAKARTA - Laksamana Muda TNI John Lie, yang dikenal pula sebagai Jahja Daniel Dharma, merupakan salah satu Pahlawan Nasional dengan jejak pengabdian luar biasa. Ia lahir di Manado, Sulawesi, pada 9 Maret 1911, dan dikenal sebagai sosok pemberani yang memainkan peran penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pria keturunan Tionghoa ini mendapatkan julukan “Hantu Selat Malaka” berkat kiprahnya sebagai kapten kapal The Outlaw. Di kawasan perairan strategis itu, ia sukses menjalankan operasi penyelundupan senjata untuk republik sebanyak 15 kali—sebuah tugas berisiko tinggi yang ia tuntaskan demi perjuangan bangsa.

Dalam salah satu misinya, John Lie sempat ditangkap perwira Inggris karena membawa 18 drum minyak kelapa sawit. Namun, pengadilan di Singapura membebaskannya karena tidak terbukti melanggar hukum. Insiden menegangkan lainnya terjadi ketika ia membawa senjata semiotomatis dari Johor ke Sumatera, lalu diadang pesawat patroli Belanda. Dengan akal cerdik, ia mengaku kapalnya tengah kandas.

Setelah berhasil menyerahkan senjata kepada Bupati Usman Effendi dan Komandan Batalyon Abusamah, kapal The Outlaw kemudian diakui sebagai milik Republik Indonesia dan resmi dinamai PPB 58 LB. Tak lama setelah itu, John Lie kembali ke Port Swettenham, Malaya, untuk mendirikan pangkalan Angkatan Laut yang memasok bahan bakar, makanan, senjata, dan kebutuhan lain bagi upaya mempertahankan kemerdekaan.

 

Tugasnya sebagai penghubung logistik berakhir pada awal 1950. Dari Bangkok, ia dipanggil pulang oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana R. Soebijakto dan ditunjuk sebagai komandan kapal perang Radjawali. Ia kemudian terlibat dalam operasi penumpasan Republik Maluku Selatan (RMS) sebelum mengakhiri pengabdiannya di TNI AL pada Desember 1966 dengan pangkat terakhir Laksamana Muda.

Penghargaan atas jasanya datang dari berbagai era kepemimpinan. Pada 10 November 1995, Presiden Soeharto menganugerahinya Bintang Mahaputera Utama dan Bintang Mahaputera Adipradana. Kemudian, pada 9 November 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan John Lie sebagai Pahlawan Nasional.

Pengakuan terhadap kontribusinya juga datang dari Jenderal Besar TNI AH Nasution. Pada 1988, Nasution menyebut prestasi John Lie “tiada taranya di Angkatan Laut,” bahkan menilai dirinya sebagai “panglima armada pada puncak-puncak krisis eksistensi Republik.”

John Lie wafat pada 27 Agustus 1988 akibat stroke dan dimakamkan dengan penghormatan negara di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Keteguhan dan keberaniannya hingga kini dikenang sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa.

(Awaludin)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya