Ia mencontohkan situasi di Tamiang, salah satu wilayah longsor dampingan mereka. Dua hari setelah kejadian, anak-anak masih menolak diajak berkumpul atau bermain.
“Mereka takut. Saat bertemu orang baru, mereka tambah cemas. Jadi pendekatan harus perlahan, berbaur dulu,” ujarnya.
Sementara untuk anak yang terpisah dari orang tuanya saat banjir bandang, pendamping menggunakan metode Psychological First Aid (PFA). Anak didekati secara bertahap, tanpa paksaan, sambil dipantau emosinya.
“Kalau anak tertutup, jangan dipaksa bicara. Kita ikuti ritmenya. Identitas tetap kami kumpulkan melalui Restory Family Link untuk memastikan proses pencarian keluarga berjalan benar,” pungkasnya.
(Fahmi Firdaus )