Kaleidoskop 2025 : Pilu Banjir Sumatera hingga deretan Kontroversi Penanganan Bencana

Erha Aprili Ramadhoni, Jurnalis
Selasa 30 Desember 2025 12:20 WIB
Kaleidoskop 2025 : Pilu Banjir Sumatera hingga deretan Kontroversi Penanganan Bencana (Dok Setkab)
Share :

JAKARTA - Bencana banjir bandang dan tanah longsor terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November lalu. Bencana ini seakan menjadi kado pahit akhir tahun.

1. Bencana Sumatera

Bencana ditengarai dipicu cuaca ekstrem di Sumatera bagian utara pada 25 November 2025 lantaran siklon tropis. Siklon Tropis KOTO berkembang di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B terpantau di Selat Malaka. 

“Kedua sistem ini memengaruhi peningkatan curah hujan dan angin kencang di Sumatera bagian utara,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, pada Rabu (26/11/2025).

Muhari mengatakan, Bibit Siklon 95B memengaruhi pembentukan awan konvektif yang meluas di atas Aceh-Sumut sehingga menyebabkan meningkatnya curah hujan ekstrem dalam beberapa hari terakhir. Sementara itu, Siklon Tropis KOTO melalui pola belokan angin dan penarikan massa udara basah (inflow) ke pusat siklon meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah barat Indonesia, termasuk Sumut, sehingga memperkuat hujan lebat di wilayah terkait. 

Sementara itu, Pakar Hidrologi UGM, Prof Dr Ing Ir Agus Maryono menilai banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di beberapa wilayah Sumatera tersebut bukan hanya disebabkan cuaca ekstrem, melainkan berbagai faktor seperti meteorologi, geografi, geologi, dan hidrolik. 

“Jika hanya karena faktor cuaca ekstrim, (dampak) banjirnya tidak sejauh itu ya, tapi ini banjirnya kan sangat luar biasa,” katanya, mengutip pemberitaan Okezone pada (4/12/2025).

Selain bentang lahan yang juga rentan, kondisi saluran hidrolik menurutnya terjadi penyumbatan. Lalu faktor meteorologi yang ekstrem disertai adanya dampak pembalakan hutan yang menyebabkan adanya meningkatkan kapasitas run off atau limpasan air hujan di permukaan tanah.

Agus menerangkan, umumnya banjir bandang terjadi akibat hujan yang sangat lebat dan ditambah longsoran tebing di sepanjang sungai menengah atau kecil. Namun bencana banjir bandang kali ini disertai kondisi hutan-hutan gundul di beberapa wilayah ditengarai menjadi penyebab kenaikan run off sehingga terjadi banjir besar. 

“Dipicu dengan adanya hutan yang kita lihat sudah gundul di situ, menyebabkan kenaikan run off. Selain itu dipicu juga dengan adanya longsoran atau penyumbatan-penyumbatan alamnya yang ada di situ. Sehingga itu terjadilah banjir yang besar,” terangnya.

Pemerintah pun bertindak cepat untuk menangani bencana yang melanda 3 provinsi di Sumatera itu. Sepanjang penanganan bencana yang telah menewaskan 1.140 jiwa dan 163 hilang per 28 Desember itu, ada sejumlah hal yang menjadi pro kontra. 

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya