“Dalam konteks sense of honourship itu, dalam KTT nanti Presiden Republik Indonesia tidak secara terus-menerus menjadi chair,” ungkap Menlu Retno.
“Kita memberikan ownership kepada negara Asia-Afrika yang lain. Presiden hanya akan menjadi chair saat pembukaan dan penutupan. Sementara yang lainnya kita serahkan, kita bagi ke negara-negara yang lain,” lanjutnya.
(Hendra Mujiraharja)