Sebenarnya menurut penggiat sejarah Jerman, Alif Rafik Khan, pemerintah Hindia-Belanda awalnya tak mau terpengaruh terkait apa yang terjadi di front Eropa. Mereka juga menahan orang-orang Jerman bukan lantaran friksi ideologi Naziisme orang Jerman.
“(Enggak ada kaitan dengan ideologi), murni karena Jerman bermusuhan dengan Belanda, seperti Amerika yang menginternir orang-orang Jerman saat pecah perang,” papar Alif kepada Okezone.
“(Hindia-Belanda) tak terlalu menghiraukan dalam artian, tidak ikut campur dalam eskalasi peperangan di Eropa. Tapi bukan berarti tidak waspada terhadap kondisi di Hindia-Belanda itu sendiri,” tambahnya.
Namun ketika Belanda benar-benar bertekuk lutut pada Jerman dan ancaman Jepang ke Hindia-Belanda kian terasa, para serdadu KNIL (Koninklijke Nederlands-Indische Leger) atau tentara Hindia Belanda, memutuskan melimpahkan ratusan interniran Jerman pada pemerintah kolonial Inggris di India.
Mereka dibawa dalam sejumlah kapal ke berbagai wilayah, termasuk Australia, Singapura dan India. Salah satu kapal Belanda, “KPM Van Imhoff”, tempat di mana para tahanan Jerman juga disiksa, dibombardir Jepang yang sudah mulai memasuki lautan sebelah barat Sumatera.
Sekitar 200 interniran Jerman mampu melarikan diri ketika kapal itu dibombardir dan sempat terombang-ambing selama empat hari di lautan, sebelum akhirnya diselamatkan penduduk Pulau Nias ketika mereka terdampar.