Tidak lengkap jika tak mengenal sedikit lebih dekat dengan tiga bunga bangsa ini, jika mengungkit lagi kebiadaban Belanda pada Tragedi Dakota VT-CLA itu. Ketiganya gugur dalam usia yang sangat muda dan punya potensi besar membangun AURI lebih “mengangkasa” lagi.
Sekilas mengenal Abdulrachman Saleh, figur yang biasa dijuluki “Karbol” ini punya sederetan gelar akademis, bahkan hingga profesor di bidang kesehatan. Sosok asli Betawi kelahiran Jakarta 1 Juli 1909 itu, tak hanya dikenal sebagai pahlawan TNI AU, tapi juga tokoh Radio Republik Indonesia (RRI) dan juga dikenal sebagai bapak ilmu fisiologi.
Abdulrachman sejak muda sudah mengenyam pendidikan di HIS (Hollandsch Inlandsche School), MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), AMS (Algemene Middlebare School), hingga ke STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen).
Tapi pendidikannya di STOVIA tak sampai selesai dan putra dari Mohammad Saleh ini, pilih meneruskan memburu ilmu ke GHS (Geneeskundige Hoge School). Semasa jadi mahasiswa, Abdulrachman sudah aktif di organisasi kepemudaan Jong Java, Indonesia Muda dan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI).
Keterkaitannya dengan dunia kedirgantaraan, Abdulrachman mengawalinya dengan kegemarannya pada dunia aviasi, hingga bisa punya surat izin terbang. Ketika KSAU Soerjadi mencari sejumlah figur untuk membangun AURI, Abdulrachman tak pikir panjang untuk bergabung, hingga menduduki jabatan Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946.