Namun, otoritas setempat menolak data tersebut. Mereka mengklaim pengawasan dan kontrol yang ketat sudah diterapkan lewat inspeksi ketat.
“Ada beberapa praktik tradisional yang masih berlangsung bertahun-tahun. Namun, itu bukanlah perbudakan seperti yang negara lain pikirkan di mana para pekerja tidak dibayar sebagaimana mestinya. Kasus tersebut tidak mungkin ada di Pakistan,” elak Ishrat Ali, Menteri Tenaga Kerja Pakistan.
Salah satu korban yang berhasil keluar dari perbudakan dengan bantuan BLLF memberikan kesaksiannya.
“Pemilik pabrik mengancam akan menjual anak perempuan saya. Tapi, saya tidak gentar. Saya menuntut kenaikan upah, namun mereka malah ingin membunuh saya. Pengadilan dan polisi tidak bisa diharapkan,” ujar Sharif Massi.
Ketidakdilan berlaku bagi orang-orang seperti Naseem Bibi, Mohammed Raiz, dan Sharif Massi. Mereka menjadi korban perbudakan karena kemiskinan yang merajalela di Pakistan. Mereka tidak punya pilihan lain. Tenaga mereka dieksploitasi tanpa pernah mendapatkan bayaran sesuai sehingga mereka tetap hidup di bawah garis kemiskinan.
(Randy Wirayudha)