JAKARTA - Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menolak permintaan elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk mengakui kesalahan serta meminta maaf kepada kader, dan pimpinan serta mencabut gugatan hukum atas pemecatan PKS terhadap dirinya.
Fahri mengaku tidak memahami penjelasan PKS itu. Fahri akan mengakui kesalahan jika memang dirinya tahu apa kesalahan yang dimaksud oleh para elit PKS tersebut.
“Saya disalahkan karena mulut saya. Mereka tampaknya tidak memahami bahwa pertama mulut saya ini tidak boleh dihukum, jangankan oleh partai, negara pun tidak bisa menghukum saya karena mulut saya," ujar Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (25/5/2016).
(Baca juga: Fahri Hamzah Minta Pimpinan PKS Hormati Putusan Pengadilan)
"Saya juga dibilang merusak citra partai, dimana saya merusaknya jika konstituen saya dalam setiap pemilu semakin banyak dan mengapa justru orang-orang yang sudah dipidana yang jelas merusak citra partai tidak dipecat? Lantas di mana saya harus mengakui kesalahan saya?” lanjut Fahri.
Menurut Fahri, seharusnya permintaan maaf dilakukan oleh elite PKS yang telah memecatnya. Fahri malah meminta para petinggi PKS yang menjadi pihak termohon untuk meminta maaf bila ingin islah.
Para petinggi PKS yang dimaksud Fahri yakni Presiden PKS Sohibul Iman, Ketua Majelis Takhim Hidayat Nur Wahid, Ketua Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPPO) PKS Abdul Muidz Saadih dan Ketua Majelis Syariah PKS Surahman Hidayat.
“Jadi kalau mau islah justru saya kasih syarat mereka yang saya gugat ini yang seharusnya meminta maaf kepada kader yang sudah bekerja bersusah payah memperbaiki citra partai karena kasus korupsi, meminta maaf pada sistem pendukung dan simpatisan PKS yang sudah bekerja keras mendulung suara namun hak mereka dihilangkan dan yang terpenting adalah meminta maaf pada rakyat yang telah memilih saya karena suara mereka telah dirampas oleh orang-orang ini tanpa proses yang bertanggungjawab,” tegas Fahri.
Terkait dengan gugatan yang diajukan Fahri, menurut dia dilakukan karena ingin membuktikan kebenaran bila dirinya tak bersalah.
“Saya tidak rela kalau dianggap penjahat dalam partai. Kecintaan saya pada kader dan partai, membuat saya harus membuktikan pada kader bahwa saya tidak salah. Saya ingin memulihkan persepsi kader, simpatisan dan konstituen,” pungkasnya.
(Awaludin)