Meskipun di sana dia merasakan betul, Muslim menjadi warga minoritas. Akan tetapi, ada beberapa hal yang membuat perempuan yang kini mengabdi di Komnas Perempuan ini rindu untuk kembali mengalami bulan Ramadan di Australia.
"Senangnya Ramadan di Australia itu karena di sana multikulturnya berasa sekali. Kami bisa eksplore beragam makanan pas berbuka puasa, dari negara lain. Jadi dalam satu lokasi yang sama, menu bukanya halal, beragam, dan cara mendapatkannya juga mudah. Belanja di sana 30 menit sudah bisa dapat pasokan bahan untuk seminggu," ujarnya.
"Anak saya sampai bilang, 'Ma, ayo kita beli bahan pizza dan memasak bersama lagi di rumah untuk buka puasa. Tapi saya jawab, tidak bisa. Karena kalau di Indonesia, bingung cari bahan masakannya di mana, kadang satu ada di sini, bahan lain ada di sana. Susah cari, belum lagi (mempertimbangkan) macetnya," tambah pengampu gelar Ph.D di Universitas Melbourne tersebut.
(Rahman Asmardika)