Para presiden dan perdana menteri itu menuding Indonesia tidak menjalankan kewajibannya untuk menyejahterakan rakyat Papua. Padahal menurut Tata, mereka menyampaikan hal yang tidak kredibel tentang kondisi Indonesia.
Untuk itu, sangat wajar bagi Tata jika Nara marah. Sebab informasi yang disampaikan para pemimpin negara pasifik itu tidak relevan. Terlebih mereka sudah membicarakan soal kedaulatan Indonesia yang merupakan harga mati bagi para diplomat RI.
“Mereka hanya dihasut oleh United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) untuk membawa isu politik ke forum internasional. Tujuannya jelas, untuk memengaruhi negara lain yang tidak banyak tahu soal Papua dan Indonesia. Padahal, informasi yang mereka dapat saja cuma berasal dari medsos yang sumbernya tidak jelas,” tandasnya.
Untuk itu, Tata mengimbau agar media di Indonesia membantu pemerintah untuk melawan gerilya para separatis Papua ini lewat medsos juga. Dengan demikian, media asing yang ingin menulis tentang perdebatan itu di sidang majelis umum PBB pekan lalu mengerti gambaran pembangunan dan kemajuan HAM di Papua dan Papua Barat yang sebenarnya.
(Silviana Dharma)