SYDNEY - Analisis terbaru dari peristiwa jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH370 menyatakan, tidak ada orang yang mengendalikan pesawat saat ia jatuh ke laut. Sang pilot ditengarai tidak berada di tempat atau dalam keadaan tidak sadar.
Direktur operasi pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 Peter Foley menyatakan, dalam beberapa bulan terakhir, sebuah teori mengemuka yaitu masih ada orang yang mengendalikan pesawat saat harus mendarat darurat. Jika ini yang terjadi, maka pesawat Malaysia Airlines MH370 akan meluncur lebih jauh, bahkan mencakup area yang tiga kali lebih luas dari tempat fokus pencarian saat ini. Selain itu, jika teori ini benar, maka upaya pencarian pun akan lebih kompleks.
Namun, laporan teknis yang dikeluarkan Biro Keselamatan Transportasi Australia sebagai tim pemimpin investigasi, menguatkan dugaan para penyelidik bahwa tidak ada orang yang mengendalikan pesawat berjenis Boeing 777 itu saat ia kehabisan bahan bakar dan terjun bebas dalam kecepatan tinggi ke pulau terpencil di Samudera Hindia, tepatnya di bagian barat Australia pada 2014. Demikian dilansir Associated Press (AP), Rabu (2/11/2016).
Dirilis hari ini, laporan tersebut menunjukkan analisis data satelit yang konsisten dengan hipotesa bahwa pesawat Malaysia Airlines MH370 dalam ketinggian dan menurun secara drastis pada detik-detik terakhirnya. Laporan itu juga menyatakan, analisis terhadap panel sayap (wing flap) pesawat Malaysia Airlines MH370 yang tersapu hingga Tanzania mengindikasikan bahwa sayap tidak terbuka penuh ketika patah. Biasanya, seorang pilot akan memperpanjang panel sayap selama proses pendaratan darurat.
Menurut Foley, jika panel sayap tidak terbuka, maka hal itu akan mematahkan teori bahwa pesawat Malaysia Airlines MH370 tersebut memasuki air dalam proses pendaratan darurat yang terkendali. Jika ini yang terjadi, ujar Foley, maka proses pencarian pun akan terpusat di lokasi yang tepat.