“Transportasi ini bedanya selain bentuk, tapi juga relnya. Kereta di Batavia lebar relnya 1.067 milimeter (mm), sedangkan jalur trem lebih lebar, yakni 1.888 mm,” ungkap pemerhati sejarah kereta yang juga eks pegawai kontrak PT KAI Divisi Heritage Adhitya Hatmawan kepada Okezone.
“Dulu trem bukan punyanya SS, tapi Pemerintah Kota Batavia. Pertama kali ada sekitar tahun 1869, sama dengan kereta. Tapi awalnya trem di Batavia ditarik dengan kuda, makanya disebutnya dulu Trem Kuda. Baru pada 1899 ada trem uap, di mana stasiun pengisian uapnya ada di daerah Kramat, Pasar Senen,” imbuhnya.
Di sisi lain, transportasi trem sedianya tidak hanya ada di Batavia. Tapi juga sempat ada di kota-kota besar lain seperti Surabaya, Semarang, bahkan Bandung.
“Ramainya trem memang di Jakarta. Selain itu di Surabaya dan Semarang. Riset terakhir, saya dapat foto trem yang juga ternyata ada di Bandung. Sedikit berbeda karena rodanya karet, bukan besi dan bentuk tremnya mirip odong-odong. Enggak pakai rel dan bisa jalan di aspal,” lanjut Adhit.
Adapun di Jakarta, rute trem pun berkembang ke berbagai wilayah. Namun sisa-sisanya bisa dibilang hampir tidak ada sama sekali.