SETIDAKNYA tiga dekade nama Donald Trump mendunia berkat kerajaan bisnisnya. Siapa sangka, kesuksesan bisnislah yang mengantarnya ke kursi Presiden Amerika Serikat (AS).
Mewakili Partai Republik, Donald J Trump terpilih menggantikan Barack Obama sebagai presiden ke-45 AS. Ia mengalahkan Hillary Clinton, rivalnya dari Partai Demokrat. Trump berhasil mengoleksi 306 suara dalam Sidang Electoral College dari 207 suara yang dibutuhkannya. Sedangkan Hillary hanya mengantongi 232 suara.
Nyatanya, perjalanan Trump menuju kursi AS-1 tidak selalu mulus. Pria kelahiran Queens, New York, 14 Juni 1946 itu lebih dulu jatuh bangun membangun bisnis dan reputasinya.
Meraih gelar sarjana ekonomi dari Wharton School of the University of Pennsylvania, Trump merintis karier sejak di bangku kuliah, tepatnya pada 1971. Ia bekerja di perusahaan real estate dan konstruksi milik ayahnya, Fred Trump. Dalam dua tahun, Trump pun memegang kendali bisnis. Bahkan mengubah nama perusahaan menjadi The Trump Organization pada 1973.
Keberuntungan Trump di bidang bisnis pun kian bersinar. Pada 1982, Forbes memasukkan nama Trump sebagai salah satu jutawan dunia. Bersama ayahnya, Trump tercatat memiliki kekayaan masing-masing USD200 juta.
Pada 1983, pria berambut emas itu membuka bangunan kaca tertinggi pertama di Manhattan, tepatnya di 5th Avenue. Bangunan itu adalah Trump Tower yang juga menjadi tempat tinggalnya. Di gedung ini, Trump menyewakan kondominium mewah, kantor, toko dan restoran.
Seperti halnya perjalanan karier, tak semua upaya bisnis Donald Trump berhasil. Salah satu kegagalannya terjadi pada 1989. Kala itu, ia membangun Trump auline da Trump Shuttle, perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi udara. Karena kerap merugi, Trump terpaksa melego perusahaannya kepada US Airways pada 1992.
Trump juga gagal mengembangkan kasino yang dia bangun pada 1990, Trump Taj Mahal. Kasino bernilai USD1 miliar itu membuat Trump harus berutang hingga USD3 miliar. Tidak hanya merogoh kocek hingga USD900 juta, Trump juga pun harus menjual yacht dan perusahaan penerbangannya untuk membayar utang.
Trump mencatatkan perusahaannya, Trump Hotel & Casino Resort Inc. di lantai bursa saham pada 1995. Dari penjualan saham perdana atau initial public offering (IPO) tersebut, Trump mengumpulkan dana mencapai USD140 juta. Namun, saat pasar saham AS menurun tajam 10 tahun kemudian, perusahaan Trump pun terkena imbas dan bangkrut.
Pada 1999, ia membangun Trump International Golf Course di West Palm Beach, Florida dengan bujet USD40 juta. Setahun kemudian, Trump memperluas fasilitas lapangan golfnya di Miami dan Scotlandia.
Pukulan pada bisnis Trump kembali terjadi pada 2004. Kala itu, bisnis hotel dan kasino resor miliknya terlilit utang hingga USD1,8 miliar. Untuk menutupi utang di Kasino Atlantic City, termasuk Trump Taj Mahal, Trump Marina dan Trump Plaza dan kasino di Indiana tersebut, Trump harus menjual saham di perusahaan tersebut, dari 47 persen menjadi 27 persen, meskipun tetap menjadi pemegang saham utama.
Setiap tahun, Trump masuk dalam berbagai daftar jutawan dunia. Namun pada September 2015, ia sedikit berselisih dengan Forbes. Saat itu, Forbes mencatat kekayaan bersihnya hanya USD4,5 miliar, sementara Trump mengklaim dia memiliki kekayaan senilai USD10 miliar atau lebih, dengan USD3 miliar berasal dari brand-nya. Meski demikian, Trump mengakui bahwa Forbes telah menilai kekayaannya "terlalu tinggi" pada September di tahun-tahun awal daftar The Forbes 400.
Menikah Tiga Kali
Trump menikah untuk pertama kali pada 1977 dengan Ivana. Mereka dikaruniai tiga anak Donald Trump Junior, Ivanka dan Eric.
Namun bersamaan dengan goyahnya bisnis Trump pada 1990, kehidupan rumah tangga Trump dengan Ivana juga bermasalah. Mereka pun memutuskan bercerai pada 1992.
Setahun kemudian, Trump kembali menemukan tambatan hati. Kali ini, ia menyunting Maria Maples. Seorang putri, Tiffany menjadi buah perkawinan kedua Trump tersebut. Rumah tangga Trump dengan Maria Maples hanya berlangsung hingga 1999 ketika mereka bercerai.
Sebenarnya Trump telah bertemu dengan Melania Klauss pada 1998. Namun keduanya baru mengikat janji pernikahan pada 2005. Dari pernikahan ketiganya ini, Trump dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Baron.
Rangkul Politik
Pada Juli 2015 Donald Trump mengumumkan niatnya menjadi calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik.
"Saya dengan resmi mengumumkan mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat. Dan kita akan membuat Amerika menjadi hebat lagi," ujar Donald kala itu.
Namun, langkah Trump dipandang sebelah mata dan dianggap tidak serius. Sementara rivalnya, Hillary, mendapat dukungan luas untuk menggolkan ambisi pejuang feminisme, yakni memiliki perempuan presiden pertama sepanjang sejarah.
Di internal Partai Republik sendiri, Donald Trump harus bersaing dengan sejumlah nama yang digadang-gadang lebih pantas sebagai calon presiden (capres) yakni Marco Rubio, Ted Cruz, Ben Carson, Jeb Bush, dan John Kasich. Latar belakang kelimanya sebagai pelayan publik dianggap lebih bernilai daripada Trump yang sama sekali tidak memiliki pengalaman di pemerintahan.
Trump memilih Mike Pence sebagai pasangan, sementara Hillary Clinton memilih Tim Kaine. Kampanye brutal dan cenderung memecah belah bangsa terjadi. Donald Trump diterjang isu komentar bernada seksis terhadap kaum perempuan dan keengganan membuka surat tagihan pajak. Sementara Hillary Clinton diserang dengan isu mengenai penyalahgunaan surat elektronik (surel) pribadi saat menjabat sebagai menlu.
Pilpres AS pada 8 November 2016 membalikkan semua prediksi tersebut. Trump unggul atas Hillary dengan perolehan Electoral Votes yang jauh di atas mantan ibu negara itu.
Dari 538 anggota electoral college, calon presiden AS harus mengantongo 270 suara untuk memenangkan pemilihan presiden.
Berdasarkan penghitungan yang diakukan New York Times, Hillary Clinton berhasil meraih 65.818.318 suara (48,1%) sementara Donald Trump meraih 62.958.211 (46,0%) dalam popular votes. Akan tetapi, Trump unggul 306 suara berbanding 232 suara milik Hillary Clinton dalam electoral votes yang jauh lebih menentukan.
Serahkan Bisnis ke Anak
Sejak terpilih sebagai Presiden AS, Trump menyerahkan pengelolaan kerajaan bisnisnya kepada anak-anaknya. Trump menjamin, dengan demikian tidak akan ada konflik kepentingan akibat jabatan barunya. Kini, Donald Trump Jr dan Eric Trump-lah yang menggerakkan roda bisnis di The Trump Organization.
Kerjasama bisnis Trump sendiri menggurita di berbagai negara. Di Indonesia, setidaknya ada dua investasi besar Trump. Pertama, proyek pembangunan Trump International Hotel & Tower Bali yang merupakan kerjasama dengan MNC Group sejak Agustus 2015. Resor mewah bintang enam di kawasan Tanah Lot itu akan menjadi properti pertama Trump Hotel Collection di Asia. Kerjasama kedua adalah pembangunan Trump International Hotel & Tower Lido di Bogor, Jawa Barat, yang juga merupakan resor bintang enam.
Chairman dan CEO Group Hary Tanoesoedibjo juga meyakini, kerjasamanya dengan Trump tidak akan terbelit konflik kepentingan. Hal itu ia tegaskan dalam wawancara dengan Reuters usai bertemu dengan kedua putra Trump menjelang inagurasi presiden AS.
"Kami tidak membuat kesepakatan bisnis baru sejak Trump memutuskan ikut pemilihan presiden. Jadi saya rasa, dia cukup tahu menempatkan diri dan tidak akan terjebak konflik kepentingan. Sebab hal itu hanya bisa terjadi jika dia menang pemilu lalu menambah proyeknya. Itulah ruang abu-abunya. Tapi dia tidak. Kerjasama kami telah berlangsung jauh sebelum itu, awal 2015," terang Hary Tanoe kepada Reuters, Kamis 19 Januari.
Presiden ke-45 Amerika Serikat
Inagurasi presiden AS pada 20 Januari mengukuhkan Trump sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat. Trump, bersama Mike Pence, akan memimpin pemerintahan Negeri Paman Sam hingga 2021.
Trump dilantik oleh Ketua Mahkamah Agung AS John Roberts di depan Gedung Kongres AS. Sang istri, Melania, beserta keluarga menyaksikan prosesi sakral tersebut. Momen pelantikannya juga dihadiri tamu-tamu penting seperti mantan-mantan presiden Amerika beserta para mantan ibu negara. Chairman dan CEO Hary Tanoesoedibjo turut menjadi tamu kehormatan dalam upacara pelantikan Donald Trump.
Enam Janji Gebrakan untuk AS
Usai kemenangan dalam pemilihan presiden AS, Trump segera merancang kabinetnya. Ia juga menjanjikan berbagai gebrakan untuk 'Membuat Amerika Kembali Hebat', sesuai jargon kampanyenya.
Di antara gebrakan tersebut adalah membatalkan keikutsertaan AS dalam negosiasi Trans Pacific Partnership (TPP). Menurutnya, dia punya ide yang lebih baik dan bermaksud menggantinya dengan perjanjian dagang bilateral yang lebih adil.
Trump berpendapat, jika negara terlalu banyak mengekang pemakaian energi dari batu bara, maka lapangan pekerjaan menjadi sempit. Sesuai komitmennya untuk mengembalikan lapangan pekerjaan ke AS, dia menargetkan pengurangan terhadap pembatasan energi. Dengan begitu, lapangan pekerjaan bisa tercipta bahkan memberi pendapatan yang tinggi kepada pekerjanya.
Trump-Pence pun berjanji akan membentuk tim penangkal serangan siber yang anggotanya terdiri dari militer, penegak hukum dan sektor swasta.
Isu imigran juga menjadi perhatian utama Trump-Pence. Bahkan Trump menegaskan akan menaruh perhatian khusus pada isu imigran pada tujuh hari pertama kedudukannya di Gedung Putih. Kepada seluruh pendukungnya, dia mengatakan tujuannya ialah mengakhiri kedatangan orang secara ilegal dan mencegah teroris masuk ke negaranya dengan menyusup di antara para imigran.
(Rifa Nadia Nurfuadah)