MOCHAMAD Idjon Djanbi. Sosoknya begitu diagungkan di satuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Satu dari sedikit orang asing yang punya kecintaan luar biasa pada republik ini dan mengabdikan sisa hidupnya berkarier di TNI AD.
(Baca: TOP FILES: Riwayat Kopassus yang Dicetak Mantan Sopir Ratu Belanda)
Hanya dari buku biasanya penulis mencoba “mengenal” putra seorang petani bunga tulip yang pernah jadi sopir Ratu Belanda, Wilhelmina itu. Tapi pada suatu acara di Kota Yogyakarta beberapa waktu lalu, penulis mendapat kehormatan bertemu dan ‘ngobrol’ santai dengan putranya, Heru Djanbi.
Tentu yang jadi bahan pertanyaan adalah sisi lain tentang Idjon Djanbi. Heru sendiri mengaku tak tahu banyak tentang kiprah ayahnya saat masih berdinas memimpin Kesatuan Komando Tentara Teritorium III/Siliwangi (Kesko TT III/Siliwangi), cikal bakal Kopassus.
“Kalau pengalamannya bapak (Idjon Djanbi) saya enggak banyak tahu ya, karena ketika bapak meninggal saja, saya baru umurnya 8 tahun. Tapi yang saya tahu, beliau banyak tertutupnya sama istri atau anak-anaknya tentang pengalaman militernya,” ungkap Heru kepada Okezone.
Tapi sedikitnya saat masih kecil, Heru dan keluarganya masih ingat bahwa setelah Idjon Djanbi resign, tak lagi jadi Komandan Kopassus dan “dikaryakan” di perkebunan di Jawa Barat, kediamannya masih sering disatroni para perwira militer.