“Yang saya ingat, mungkin ketika tahun 1975-1976, ada teman-teman bapak dari tentara ke rumah. Itu kita (keluarga) ditaro di luar. Enggak boleh masuk, enggak boleh dengar. Kita kasih minuman saja dari luar,” tambahnya.
“Biasanya kalau minuman sudah jadi, kita cuma ketuk pintu, bapak nyamperin ke pintu, buka, terus kunci lagi. Sedemikian bapak jaga rahasia,” sambung ketua organisasi Anak Korps Baret Merah (AKBM) tersebut.
Heru juga mengaku tak tahu itu soal apa. Begitupun ibunya (istri Idjon Djanbi). Hanya kemungkinannya, mereka ingin bertukar pikiran dengan Idjon Djanbi soal masalah Timor Timur (Tim Tim).
“Kalau kita hubungkan dengan sejarah di Indonesia, mungkin soal Tim-Tim ya, yang saat itu lagi panas itu. Tapi kalau kita tanya: ‘Ada apa mereka datang sampai malam banget?’ Jawabannya bapak: ‘Ah enggak. Cuma kangen aja’. Padahal kita sempat lihat mereka di meja buka kertas gede-gede gitu,” tandas Heru.
(Randy Wirayudha)