“Ini yang selama ini disangkal Belanda. Belanda adalah negara yang hidup dalam penyangkalan. Orang-orang Belanda saat ini mengatakan bahwa apa yang terjadi di Indonesia di masa Aksi Polisionil, ya it’s not so bad. Yang jadi korban hanya dianggap ekses dan jumlahnya tak seberapa,” timpal jurnalis sekaligus peneliti muda Belanda Marjolein van Pagee yang juga jadi pembicara.
“Di Belanda sendiri, sejarah kolonialisme (Hindia Belanda) hanya jadi catatan kaki. Padahal menurut saya sejarah kolonialisme itu fundamental. Ya karena Belanda dibangun karena kolonialisme. Tapi tetap (pemerintah Belanda) menyangkal,” lanjutnya.
Namun perlu diingat juga, bahwa berbagai elemen pasukan republik, entah itu laskar atau Tentara Keamanan Rakyat (TKR, kemudian TRI dan terakhir jadi TNI), juga pernah melakukan tindakan yang kelewatan. Terutama pada periode akhir 1945 hingga awal 1946 di mana selama ini di buku-buku sejarah, periode itu dikenal sebagai “Masa Bersiap”.
Sebuah masa di mana orang-orang Indo Belanda (orang Belanda yang lahir di Hindia Belanda/Indonesia), orang yang dituduh mata-mata Belanda, orang-orang yang pernah bekerja dengan pemerintah Hindia Belanda, diburu di mana-mana dan dihabisi.