Kedua ingin kami sampaikan disini apa yang terjadi di Alun-alun Contong pada masa revolusi fisik ditahun 1945 berdasarkan arsip veteran yang terlibat di front Alun-alun Contong. Pada masa itu, tepat disamping Alun-alun Contong didirikan markas pejuang dari kelompok PRI 40 yang diketuai oleh Slamet Oetomo. Berikut kami tuliskan kutipan arsip tersebut :
“29 Oktober 1945 ( Pertempuran Fase I ) : Bapak Dul Arnowo datang memberi wejangan. Ditengah Bapak Dul Arnowo memberi wejangan, datang truk besar lewat dari jurusan selatan Baliwerti dan melepaskan tembakan-tembakan kearah asrama. Untungnya tidak ada peluru yang mengenai anak-anak kita. Tetapi Malang nasib tentara Inggris dan Gurga, pertahanan kita diatas gedung meubel “Moteng” anak-anak kita langsung melepaskan tembakan mitraliur dan mengenai sasarannya, kepala sopir terkena peluru dan pecah kepalanya, truck menabrak tembok Bubutan, truck terhenti.
Anak-anak mendengar suara tembakan bubar meninggalkan barisan dan lari menuju truck dimana banyak terdapat pasukan Gurga. Pasukan Gurga melihat kita tidak berdaya,hanya diam dan berdiri diatas truk. Semua tentara Gurga kita habisi nyawanya dengan pedang dan bayonet tanpa senjata api karena sudah banyak yang mati terkena tembakan mitraliur.
Dari truck besar tersebut kita dapat veld zender, peta-peta kota Surabaya dengan petunjuk gang-gang kecil pakai tulisan Inggris dan Belanda, satu peti berisi uang Jepang, beberapa guling besar berisi pakaian militer. Semua peralatan kita pakai untuk anak-anak kita kecuali satu peti uang kami serahkan kepada markas PRI.
Satu jeep datang dari jurusan selatan Gemblongan ditembak dengan mitraliur yang kita tempatkan didepan gedung Olimo. Jeep berhenti dan para penumpangnya hendak mengadakan perlawanan tetapi mereka telah terkepung oleh anak-anak dan akhirnya tak ada satupun yang diberi hidup. Semua dihabisi nyawanya dan mayatnya dilempar kekali. Jeep keadaannya masih baik dapat dipakai sampai kita mundur ke Mojowarno/Mojokerto”.