SEKAYAM - Mengemban tugas berat menjaga perbatasan negara dari kelompok teroris yang masuk ke Indonesia, sudah menjadi tugas anggota TNI di perbatasn. Namun siapa sangka ditengah tugas berat tersebut, anggota TNI masih memiliki waktu mengajar ngaji pada anak-anak yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia.
Yakni, Praka Fatullah, seorang anggota TNI yang mengajar ngaji untuk anak-anak di perbatasan Indonesia-Malaysia.
“Sejak 7 bulan lalu sudah mengajar mengaji di Pos Kout Pemodis, awalnya hanya ada 3 anak warga sekitar Post, alhamdulilah sekarang bertambah menjadi 8 orang.” ungkap Praka Fatullah kepada Okezone, Rabu (14/6/2017).
Menurutnya, pengajian dimulai pukul 14.00 hingga pukul 16.00 WIB setiap hari kecuali hari Sabtu dan Minggu mengaji diliburkan. “Bulan Ramadan ini peserta pengajian tetap semangat belajar, kadang mereka membawa bekal sekalian buka puasa bersama,” jelasnya.
Ia menjelaskan untuk kawasan pemukiman warga, tidak jauh dari Pos Kout yang ada di Dusun Pemodis, namun sayangnya tidak ada guru ngaji disana untuk anak-anak sekitar. Karena itu anggota Pamtas dari Kesatuan Yonif 131/BRS bersedia menjadi guru ngaji tanpa dibayar sepeserpun.
Praka Fatullah bertugas menjaga perbatasan selama 9 bulan lamanya. Banyak kisah dan pengalaman yang dirasakan Fatullah selain tugas pokoknya menjaga perbatasan RI-Malaysia. Tidak hanya sekedar membaca Iqra atau Al-quran, selama mengajar Fatullah juga mengajarkan Shalat 5 waktu dan amalan ilmu agama.
“Orangtua anak-anak ini kebanyakan adalah petani sawit yang sehari-harinya sibuk berada di kebun sehingga kurang memiliki waktu untuk mengajari anak-anaknya mengaji,” ujar Fatullah.
Fatullah tak pernah meminta untuk dibayar atas apa yang ia lakukan di sela-sela ia bertugas mengabdi kepada negara dengan menjaga perbatasan.
Kegiatan mengaji dilakukan di dalam barak TNI, karena tidak ada Mushola, Barak yang sudah didesain untuk ruang sholat yang setiap hari digunakan anak-anak diperbatasan untuk menimba ilmu selama bulan Ramadan.
Danyon 131/BRS letkol Inf Denni mengatakan ada dua anggota Pamtas yang menjadi guru ngaji, baik di Post Kout di Pemodis dan Di Post Kotis Entikong.
“Untuk dipedalaman perbatasan banyak yang menjadi guru disekolah yang kekurangan tenaga pendidik, sedangkan guru ngaji hanya di Kout dan Kotis. Kegiatan mengaji sudah dilaksanakan sejak bertugas di perbatasan,” jelas Denni.
Dia mengakui, anak-anak disekitar Post kout dan Kotis memang banyak yang muslim, hanya saja kurang guru mengaji.
Sekarang anggota Pamtas tidak hanya bertugas menjaga perbatasan dari gangguan pihak asing, tetapi harus mampu membina masyarakat dan mendidik SDM generasi mudi melalui agama.
(Mufrod)