"Saya tidak pernah kalah, saya harus menang, saya selalu menang dalam sejarah hidup saya," kata Battulga dalam sebuah wawancara pada Senin 26 Juni malam, sebelum hasil awal diumumkan, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (27/6/2017).
Pemilihan presiden di Mongolia tahun ini kabarnya lebih dipandang sebagai sebuah referendum. Ada dua pilihan yang ditawarkan kepada rakyat, yakni pilih calon yang merencanakan pemulihan ekonomi dan menolak pendudukan China.
Battulga merupakan politikus nasionalis, yang menaruh kecurigaan besar pada tetangganya, China. Meski begitu, dia menegaskan, sikap itu bukan berarti dia anti pada investasi asing.
"Hanya saja, saya ingin memilihkan yang terbaik bagi rakyatku,” ucapnya.
Di sisi lain, ada Perdana Menteri Mongolia, Miyeegombo Enkhbold, yang mencalonkan diri lewat MPP. Dia dipandang cenderung proinvestasi asing dan ramah pasar. Enkhbold lolos ke putaran kedua berkat 411.748 suara atau memenangkan 30,3% dari total suara yang masuk.