Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pemenang Nobel Perdamaian Sekaligus Tahanan Politik China Liu Xiaobo Wafat pada Usia 61 Tahun

Silviana Dharma , Jurnalis-Jum'at, 14 Juli 2017 |16:52 WIB
Pemenang Nobel Perdamaian Sekaligus Tahanan Politik China Liu Xiaobo Wafat pada Usia 61 Tahun
Ketua Komite Nobel Perdamaian Norwegia, Thorbjoern Jagland menatap kursi kosong yang seharusnya diduduki Liu Xiaobo pada 2010. (Foto: Reuters)
A
A
A

BEIJING – Pemenang Nobel Perdamaian sekaligus tahanan politik China, Liu Xiaobo, wafat pada usia 61 tahun di Rumah Sakit Shengyang. Biro peradilan di Shengyang mengumumkan penyebab meninggalnya adalah kegagalan fungsi organ ganda, imbas dari kanker hati yang dideritanya.

Ketika pegiat kebebasan dan hak asasi manusia tersebut mengembuskan napas terakhirnya, pihak rumah sakit segera menggelar konferensi pers. Selain para dokter yang merawat, hadir pula istri dan sejumlah kerabat dekat Liu. Dikatakan bahwa Liu meninggal pada Kamis 13 Juli 2017 pukul 17.35 siang waktu setempat.

Sebagai peraih Nobel Perdamaian, Liu justru menghabiskan delapan tahun terakhirnya sebagai tahanan politik. Saat kesehatannya memburuk, ia dipindahkan dari sel penjara ke RS di Shenyang, China. Keluarga memohon agar dia bisa dibawa berobat ke luar negeri. Akan tetapi, pemerintah melarang dan lebih memilih mendatangkan dokter dari luar negeri ke China.

Hari-hari terakhir Liu diwarnai oleh perselisihan publik mengenai kualitas asuhannya dan penolakan Beijing terhadap permintaan keluarga agar dia dipindahkan untuk perawatan ke Amerika Serikat atau Jerman. Melansir Voice of America (VOA), Jumat (14/7/2017), Liu kini tercatat sebagai peraih Nobel pertama yang meninggal dalam status masih menjadi tahanan negara sejak Carl von Ossietzky yang meninggal karena TBC di bawah pengawasan polisi rahasia Nazi di Berlin, Jerman, pada 1938.

Belasungkawa Dunia

Dunia pun berduka atas kematian pejuang HAM tersebut. Berbagai ucapan belasungkawa datang dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, kaum cendekia China dan pegiat HAM menggambarkan sosoknya sebagai seorang liberal moderat, pemimpin perlawanan damai kepada otoritas China.

"Dia itu idealis dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Dia sama sekali bukan politisi. Dilihat dari tulisan dan pidatonya, dia lebih tepat digambarkan sebagai pemikir ulung idealisme sosial humaniora," kata sejarawan terkemuka di Negeri Panda, Zhang Lifan.

Sementara dari luar negeri, para pemimpin dunia menyampaikan penghormatan terakhirnya. Seperti Kanselir Jerman Angela Merkel yang menyatakan penghormatan atas keberanian Liu memperjuangkan kebebasan berekspresi di negaranya.

Ketua HAM PBB, Pangeran Zeid bin Ra’ad Zeid al Hussein, juga mengucapkan turut berdukacita sedalam-dalamnya atas kepergian Liu Xiaobo. Dia berujar, dunia kehilangan seorang lagi juara berprinsip dalam gerakan HAM.

Ada pula, politisi AS yang menjabat sebagai Ketua Minoritas di Parlemen, Nancy Patricia D’Alesandro Pelosi, menyampaikan bahwa kekecewaan atas cara pemerintah Negeri Tirai Bambu menangani penyakit Liu.

“Dunia berduka atas kepergian seorang penyuara moral terbesar pada zaman ini. Kami berharap China yang telah menganiaya dia di penjara dan membuatnya sakit begitu parah, bisa membiarkan dia berobat ke luar negeri. Tetapi mereka tidak melakukannya, ini adalah hari yang menyedihkan,” ucapnya.

(Silviana Dharma)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement