Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jepang Desak Peningkatan Tekanan terhadap Korea Utara

Emirald Julio , Jurnalis-Rabu, 23 Agustus 2017 |03:05 WIB
Jepang Desak Peningkatan Tekanan terhadap Korea Utara
Foto pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un (Foto: Reuters)
A
A
A

TOKYO – Jepang mengeluarkan pernyataan keras pada Selasa 22 Agustus 2017. Pasalnya, Negeri Sakura meminta dunia untuk terus menekan Korea Utara demi mengekang program pengembangan rudal dan senjata nuklirnya.

Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono. Sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (23/8/2017) Kono mengatakan, tekanan harus dipertahankan hingga Korea Utara mulai menunjukkan keinginannya untuk melucuti program nuklirnya.

BACA JUGA: Perwakilan AS Sebut Tangkal Ancaman Korut Jadi Prioritas Utama Trump

BACA JUGA: Alhamdulillah! Korut Umumkan Penundaan Serangan Rudal ke Guam

Terkait tekanan, Dewan Keamanan PBB tidak henti-hentinya mengeluarkan resolusi dan sanksi terhadap Korea Utara agar negara tersebut mau menghentikan program nuklirnya. Bahkan Pyongyang pun tak mengindahkan permintaan dari sekutunya utamanya yaitu China.

Korea Utara mengklaim, program senjatanya dianggap perlu demi menangkal ancaman dari Amerika Serikat. Namun hal ini tentu saja ditentang oleh dua negara tetangganya, Jepang dan Korea Selatan, yang memandang program rudal dan nuklir tersebut sebagai sebuah ancaman yang berbahaya.

“Ini bukan saatnya untuk membahas (dimulainya kembali) perundingan enam negara. Ini saatnya memberi tekanan,” tegas Kono. Sekadar informasi, perundingan enam negara merupakan negosiasi internasional untuk mendenuklirisasi Semenanjung Korea yang melibatkan Korea Selatan dan Utara, Amerika Serikat, Rusia, China, serta Jepang.

BACA JUGA: Terungkap! PBB Gagalkan 'Paket' dari Korut ke Badan Senjata Kimia Suriah

BACA JUGA: Berang dengan Latgab AS-Korsel, Korut Rilis Video Serangan ke Guam

Namun hal yang berbeda disampaikan oleh kepala Komando Pasifik Amerika Serikat, Laksamana Harry Harris. Ia justru mengatakan bahwa diplomasi merupakan kunci untuk mengakhiri ketegangan di Semenanjung Korea.

“Jadi kami berharap dan kami bekerja untuk solusi diplomatik terhadap tantangan yang ditunjukkan oleh Kim Jong-un,” ujar Harris ketika ia berada di markas udara militer Amerika Serikat di Osan, Korea Selatan. Ia menambahkan, diplomasi merupakan titik awal yang penting dalam menanggapi ancaman Korea Utara.

Laksamana Harris berada di Korea Selatan untuk mengawasi latihan gabungan Ulchi Freedom Guardian. Latihan yang akan berakhir pada 31 Agustus 2017 itu melibatkan puluhan ribu tentara serta simulasi komputer yang memang dirancang untuk mempersiapkan diri untuk melawan Korea Utara dalam perang.

(Emirald Julio)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement