 
                Serangan ini dilaporkan menjadi yang terparah dibandingkan serangan serupa yang terjadi pada Oktober 2016. Namun serangan pada Oktober itulah yang memicu operasi militer Pemerintah Myanmar di Rakhine yang semakin membuat kehidupan warga etnis Rohingya di sana semakin sengsara.
BACA JUGA: Myanmar Minta Waktu untuk Selesaikan Krisis Rohingya
BACA JUGA: Myanmar Tolak Penyelidikan PBB Soal Pembantaian Warga Rohingya
Memanasnya kembali wilayah Rakhine membuat pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, angkat bicara. Suu Kyi mengecam serangan yang dilancarkan pemberontak Rohinya ke 30 kantor polisi dan markas tentara. Para pemberontak disebut menyerang lokasi-lokasi vital keamanan di Rakhine itu menggunakan senjata api, kayu dan bom rakitan.
Sekadar informasi, Suu Kyi yang terkenal sebagai penerima nobel perdamaian itu acap kali menerima kritikan pedas dari banyak pihak. Pasalnya, ia terkesan “diam” melihat warga etnis Rohingya yang terus menderita.