Sekadar diketahui, situasi di Venezuela memanas setelah kubu pendukung Presiden Nicolas Maduro memenangkan pemungutan suara untuk amandemen undang-undang dasar (UUD) di negara Amerika Latin itu. Pihak oposisi menuding telah terjadi kecurangan sehingga terus melakukan protes dan demonstrasi meski pemerintah Venezuela telah melakukan tindakan keras untuk menghentikannya.
Presiden Maduro yang mengabaikan boikot, protes, dan kecaman dari dunia internasional menggelar pemungutan suara untuk membentuk sebuah Majelis Pembuat Undang-Undang. Majelis yang beranggotakan 545 orang itu akan diberikan kekuasaan untuk membubarkan kongres yang dikuasai pihak oposisi dan menulis ulang UUD Venezuela.
Pemimpin senior oposisi, Henrique Capriles, menyerukan rakyat Venezuela untuk terus melawan pemerintahan Maduro melalui demonstrasi memprotes pemungutan suara dan pembantaian yang mengikutnya. Dia mengajak rakyat Venezuela untuk mengikuti aksi protes pada Senin 31 Juli 2017. Bahkan, Capriles cs mengajak rakyat Venezuela mengikuti demonstrasi massal pada Rabu 2 Juli 2017 di Ibu Kota Caracas, hari saat majelis baru tersebut akan mulai bekerja.
(pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)