Misi Teroris?
Pada masa kini, pilot kamikaze kerap disandingkan dengan teroris yang menjalankan misi bunuh diri. Namun, Kuwahara berkeras keduanya tidak bisa disamakan.
"Saya pikir keduanya amat berbeda. Aksi kamikaze ditempuh pada masa perang, sedangkan serangan kelompok ISIS tidak bisa ditebak," jelasnya.
Anggapan bahwa aksi kamikaze adalah terorisme, menurut Yamada, adalah contoh bahwa kamikaze kerap dimaknai dengan salah. Menurutnya, kata kamikaze yang secara harfiah berarti "angin ilahi", sering kali dipakai dalam bahasa Inggris tanpa memahami konteks sejarah Jepang.
"Saya sakit hati karena kamikaze adalah masa muda saya. Kamikaze tidak bersalah, itu adalah sesuatu yang benar-benar murni, maknanya lebih dalam. Tapi kini kamikaze diperbincangkan seolah-olah kami telah dicuci otak," paparnya.
Setelah Perang, Kuwahara merasa dibebaskan dan berpikir bagaimana cara membangun Jepang. Namun, Yamada perlu waktu untuk menyesuaikan diri.
"Saya merasa disorientasi, tidak berdaya, kehilangan keakuan, seolah-olah sukma saya meninggalkan raga. Sebagai pilot kamikaze, kami siap mati. Jadi ketika saya mendengar kami telah dikalahkan, saya merasa kehilangan tempat berpijak," tuturnya.
Lantaran merasa perlu mendapat kerja, makan, dan bertahan hidup, dia bisa menjaga kewarasan seusai perang.