Bagaimanapun, alasan utama mengapa dia bisa tetap punya keinginan untuk hidup adalah Kaisar Hirohito. Pria yang dibela mati-matian oleh rakyat Jepang itu memberi contoh berdamai dengan menjabat tangan para jenderal Amerika.
Kaisar Hirohito pada 1942. (Foto: Getty Images/BBC)
"Kaisar, Yang Mulia, adalah jantungnya Jepang. Saya pikir kehadiran Kaisar Hirohito membantu Jepang pulih dari perang," ujarnya.
Bagi generasi Jepang pascaperang, pengalaman mantan pilot kamikaze tidak terbayangkan, bahkan oleh keluarga para pilot.
"Tatkala saya merenungkan hidupnya, saya tersadar bahwa hidup saya bukan untuk diri saya sendiri. Saya berkewajiban untuk hidup bagi mereka yang terlahir sebagai anak dan cucu para serdadu yang tewas saat perang," kata cucu Yamada, Yoshiko Hasegawa.
Sementara itu, cucu Kuwahara, tidak mengetahui secara pasti apa yang kakeknya lalui sebagai pilot kamikaze.
"Justru Jepang yang damai itulah yang saya ingin ciptakan," kata Kuwahara seraya tersenyum.
Baginya, ketidaktahuan cucunya adalah bukti bahwa Jepang telah melewati masa lalunya yang kelam dan menyakitkan.
(Rifa Nadia Nurfuadah)